Selasa, 27 Desember 2011

Kekuatan Hidup dalam Kebenaran


Kekuatan Hidup dalam Kebenaran
Jeffrey D Sachs, GURU BESAR EKONOMI DAN DIREKTUR EARTH INSTITUTE PADA COLUMBIA UNIVERSITY, PENASIHAT KHUSUS SEKRETARIS JENDERAL PBB MENGENAI MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS
Sumber : KORAN TEMPO, 26 Desember 2011


Hal yang paling langka di dunia saat ini bukanlah minyak, air bersih, atau pangan, melainkan kepemimpinan moral. Dengan komitmen pada kebenaran--ilmiah, etika, dan pribadi--suatu masyarakat bisa mengatasi penyebab banyak krisis kelaparan, penyakit, dan ketidakstabilan yang kita hadapi saat ini. Tapi kekuasaan membenci kebenaran, dan melawannya dengan tidak henti-hentinya. Maka, marilah kita berhenti sejenak untuk menyatakan terima kasih kita kepada Vaclav Havel, yang meninggal bulan ini, karena memungkinkan suatu generasi memperoleh kesempatan hidup dalam kebenaran.

Havel adalah pemimpin utama dari gerakan revolusioner yang berpuncak pada dibebaskannya Eropa Timur dan berakhirnya Uni Soviet 20 tahun yang lalu. Serangkaian drama, esai, dan surat yang ditulis Havel melukiskan perjuangan moral hidup dengan jujur di bawah kediktatoran di Eropa Timur. Ia mempertaruhkan segalanya untuk apa yang disebutnya hidup dalam kebenaran--jujur kepada diri sendiri dan jujur dengan heroik kepada kekuatan otoriter yang menindas rakyat dan mengekang kebebasan ratusan juta manusia pada saat itu.

Havel membayar mahal untuk pilihan yang diambilnya, meringkuk selama beberapa tahun dalam penjara dan hidup lebih lama lagi di bawah pengawasan dan gangguan penguasa yang menyensor tulisan-tulisannya. Namun cahaya kebenaran yang dibawakannya menyebar. Havel memberi harapan, keberanian, bahkan ketidaktakutan kepada suatu generasi bangsanya. Ketika jaring kebohongan ini runtuh pada November 1989, ratusan ribu rakyat Cek dan Slovakia membanjir di jalan-jalan raya merayakan kebebasan--dan mengangkat dramawan yang dikucilkan dan dipenjarakan itu sebagai presiden terpilih Cekoslovakia yang baru.

Saya sendiri menyaksikan kekuatan hidup dalam kebenaran ini tahun itu, ketika para pemimpin Gerakan Solidaritas Polandia meminta saya membantu Polandia melewati masa transisi ke demokrasi dan ekonomi pasar--bagian dari apa yang dinamakan rakyat Polandia “kembalinya (mereka) ke Eropa”. Saya berjumpa dan mendapatkan ilham yang mendalam dari banyak orang di kawasan ini yang, seperti Havel, hidup dalam kebenaran: 

Adam Michnik, Jacek Kuron, Bronislaw Geremek, Gregorsz Lindenberg, Jan Smolar, Irena Grosfeld, dan, sudah tentu, Lech Walesa. Para pria dan wanita yang berani ini, dan mereka seperti Tadeusz Mazowiecki dan Leszek Balcerowicz, yang memimpin Polandia selama langkah-langkah pertama negeri itu menapaki kebebasan, berhasil melalui masa-masa kritis itu berkat kombinasi keberanian, kecerdasan, dan integritas diri mereka.

Kekuatan menyatakan kebenaran pada tahun itu membukakan kemungkinan yang luar biasa, karena ia terbukti berhasil meruntuhkan salah satu hegemoni paling ketat dalam sejarah: dominasi Soviet atas Eropa Timur. Michnik, seperti Havel, mencerminkan kebenaran penuh keberanian ini. Saya bertanya kepadanya pada Juli 1989, ketika rezim komunis Polandia sudah mulai mengurai, kapankah kebebasan akan tiba di Praha. Jawabnya: “Sebelum akhir tahun.”

“Bagaimana Anda tahu?” tanya saya. “Saya baru saja bertemu dengan Havel di daerah pegunungan pekan lalu,” katanya. “Jangan khawatir. Kebebasan segera tiba.” Ramalannya ternyata benar, sudah tentu, sebulan lebih cepat.

Seperti kebebasan dan korupsi itu yang cepat menular, begitu juga kebenaran dan keberanian moral menular dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Havel dan Michnik bisa berhasil sebagian karena mukjizat Mikhail Gorbachev, pemimpin Soviet yang berangkat dari suatu sistem yang meracun, namun yang menghargai kebenaran di atas kekerasan. 

Dan Gorbachev bisa memenangi pertarungan sebagian karena kuatnya kejujuran pada diri warga sebangsanya, Andrei Sakharov, ahli fisika nuklir yang gagah berani yang juga mempertaruhkan segalanya di jantung emporium Soviet--dan yang membayar mahal untuk itu dengan dikucilkannya dirinya dari pergaulan masyarakat.

Para pemberani moral ini menerima inspirasi dari tokoh-tokoh besar lainnya, termasuk Mahatma Gandhi, yang memberi judul The Story of My Experiments with Truth (Kisah Pengalamanku dengan Kebenaran) pada otobiografinya. Mereka semua meyakini bahwa kebenaran, baik ilmiah maupun moral, bisa pada akhirnya mengatasi setiap rintangan kebohongan dan kekuasaan. Banyak yang tewas demi keyakinannya. Kita semua hari ini menuai manfaat dari keyakinan mereka pada kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan Havel mengingatkan kita akan mukjizat yang bisa dibawakan kredo kebenaran itu. Ia juga mengingatkan kita akan fakta yang lebih suram, yaitu bahwa dimenangkannya kebenaran itu tidak selalu pasti. Setiap generasi mesti menyesuaikan fondasi moralnya dengan kondisi politik, budaya, masyarakat, dan teknologi yang terus berubah.

Wafatnya Havel tiba pada saat berlangsungnya demonstrasi besar-besaran di Rusia yang memprotes kecurangan pemilihan, kekerasan di Mesir, kebangkitan di pedesaan Cina melawan pejabat-pejabat setempat yang korup; dan polisi dengan perisai pelindung diri membongkar dengan kekerasan tenda-tenda pemrotes keserakahan korporat di kota-kota di Amerika. Kekuasaan dan kebenaran masih terlibat dalam pertarungan di seantero dunia.

Banyak di antara pertarungan yang terjadi hari ini--di mana-mana--melibatkan kebenaran melawan keserakahan. Bahkan jika tantangan yang kita hadapi hari ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi Havel, pentingnya hidup dalam kebenaran tidak berubah.

Realitas hari ini adalah realitas suatu dunia di mana kekayaan berarti kekuasaan, dan kekuasaan disalahgunakan untuk menambah kekayaan pribadi yang mengorbankan rakyat miskin dan lingkungan. Sementara itu, mereka yang berkuasa merusak lingkungan, melancarkan perang dengan dalih yang palsu, mengobarkan keresahan masyarakat, dan mengabaikan penderitaan rakyat miskin, tampaknya tidak menyadari bahwa mereka dan anak-cucu mereka bakal juga membayar mahal.

Para pemimpin moral sekarang harus membangun di atas fondasi yang telah diletakkan Havel. Banyak orang, sudah tentu, sekarang putus asa akan kemungkinan tibanya perubahan yang konstruktif. Namun pertarungan yang kita hadapi--melawan kekuatan lobi korporat, aksi humas yang tidak putus-putusnya, dan kebohongan pemerintah yang tidak henti-hentinya--merupakan bayang-bayang dari apa yang dihadapi Havel, Michnik, Sakharov, dan lainnya ketika melawan rezim-rezim dukungan Soviet yang brutal di masa lalu.

Berbeda dengan raksasa-raksasa perlawanan ini, kita sekarang diberdayakan oleh instrumen-instrumen media sosial untuk menyebarkan berita, mengatasi keterpencilan, dan memobilisasi jutaan pendukung perubahan dan pembaharuan. Banyak di antara kita menikmati proteksi minimum berbicara dan berserikat, walaupun ini harus dicapai dengan susah payah, tidak sempurna, dan rapuh. Namun yang paling penting dan paling besar manfaatnya adalah bahwa kita diberkati dengan ilham yang dibawakan Havel dalam apa yang disebutnya hidup dalam kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar