Sabtu, 28 Januari 2012

Pelajaran dari Kapal Costa Concordia


Pelajaran dari Kapal Costa Concordia
Hartono Rakiman, PENULIS BUKU MABUK DOLAR DI KAPAL PESIAR
Sumber : KORAN TEMPO, 28 Januari 2012


Kapal pesiar Costa Concordia yang tenggelam di perairan Tuscan, Italia, pada Jumat malam, 13 Januari 2012, waktu setempat adalah kapal terbesar kedua di dunia setelah Oasis of the Seas. Bagaimana adu kemegahan dan kemewahan kapal pesiar ini berlangsung di pentas dunia?

Dalam sandiwara radio Saur Sepuh, selalu ada dialog yang berisi petuah hidup. Dan itu bisa dijadikan pelajaran hidup. Salah satu yang sangat membekas adalah wejangan soal meraih ilmu kehidupan. Janganlah sombong ketika sebuah ilmu didapat, karena ada orang lain yang punya ilmu jauh lebih tinggi lagi. "Di atas langit masih ada langit," begitu isi petuah sandiwara.

Di jagat modern saat ini, apakah petuah itu masih berlaku? Jangan-jangan manusia modern justru akan semakin haus untuk selalu tampil lebih dibanding yang lain. Itulah sebabnya Guinness Book of Records atau Ripley selalu mencatat prestasi orang dengan nilai yang melebihi ambang batas normal. Di Indonesia juga telah ada Museum Rekor-Dunia Indonesia yang siap mencatat rekor.

Kalau ada pesulap yang bisa berendam dalam air selama lebih dari 15 menit, itu adalah pesulap David Blaine, yang mampu menahan napas di dalam air selama 17 menit 14 detik. Namun kemudian rekor itu dipecahkan oleh Peter Colat dari Swiss selama 19 menit 21 detik. Sementara ada mobil yang mampu melaju dengan kecepatan 220 kilometer per jam, dalam jagat otomotif telah muncul mobil Bugatti Veyron dengan kecepatan lebih dari 400 km per jam. Ibarat kata, kegilaan dan kenekatan itu harus dilampaui.

Soal kegilaan ini ada kaitannya dengan kapal pesiar. Kapal pesiar Rotterdam yang pernah saya tumpangi, sebagai tempat kerja, sandaran saya mencari sesuap nasi sekian tahun lalu, memiliki bobot mati "hanya" 61.847 ton, dengan kapasitas penumpang 1.404. Dalam perkembangannya kemudian, berat kapal pesiar milik Holland America Line itu bukan apa-apa dibanding kapal-kapal lain yang lebih modern saat ini.

Deret ukur berat kapal dapat didaftar di sini. Kapal pesiar Carnival Sensation yang beratnya 70 ribu ton dikalahkan oleh Disney Wonder yang beratnya 83 ribu ton. Kedua kapal pesiar itu kemudian dikalahkan oleh kapal pesiar Costa Concordia seberat 112 ribu ton, yang baru saja tenggelam. Dan masih belum puas dengan kegilaan itu, kini telah hadir kapal pesiar nan megah, Oasis of the Seas, seberat 220 ribu ton!

Kapal pesiar Costa Concordia, dengan berat 112 ribu ton, panjang 952 kaki, mampu menampung 3.780 penumpang. Di atas kapal pesiar nan mewah itu tersedia 1.500 kamar, 5 restoran, 13 bar, 4 kolam renang, dan 1 fasilitas lengkap spa. Hampir sebagian besar anak buah kapal di kapal pesiar di seluruh dunia adalah pekerja dari Indonesia. Mereka biasanya menempati posisi di restoran, house keeping, mesin, dan lain-lain. Di kapal pesiar Costa Concordia ini, menurut informasi, ada sekitar 170 ABK yang berasal dari Indonesia.

Penyebab karamnya kapal pesiar Costa Concordia diduga menabrak karang di perairan Tusca, Italia. Penyebab sebenarnya masih dicari dan diselidiki. Tapi satu hal yang pasti bahwa semakin besar ukuran sebuah kapal pesiar, semakin berisiko untuk terjadinya kecelakaan.

Berat kapal pesiar ini melambangkan prestise perusahaan pemilik kapal pesiar. Semakin besar semakin prestisius. Maka orang akan berlomba-lomba berpesiar dengan kapal pesiar yang besarnya nauzubillah minzalik! Bagi Anda yang belum pernah melihat sosok kapal pesiar, untuk tahap awal bayangkanlah sebuah hotel di kota Anda. Nah, kalau sudah, pindahkan gambaran hotel itu ke laut. Jadilah dia hotel terapung! Lalu bayangkanlah sebuah mal besar di kepala Anda. Nah, kalau sudah, pindahkanlah gambaran mal tersebut ke laut!

Tidaklah salah kapal pesiar adalah sebuah hotel terapung atau the floating hotel, yang berisi fasilitas serba lengkap. Mulai drugstore, infirmary, casino, theater, kolam renang, mini golf yard, bahkan sampai water boom, semua ada di sana.

Biarlah orang tetap pada paradigma bahwa semakin besar semakin canggih dan mewah. Padahal kenyataannya kapal pesiar eksklusif dan mahal itu sebenarnya hanyalah sebuah kapal layar, semacam Wind Spirit dan Wind Song milik Windstar Cruises, dengan penumpang tak lebih dari 140 orang saja. Dan para penumpangnya biasanya dari kelompok tertentu, bukan campur-aduk seperti kapal pesiar nan besar itu.

Saking eksklusifnya, maka kapal layar itu bisa disewa untuk keperluan khusus. Dan kadang-kadang sampai ke hal-hal yang aneh-aneh. Kapal layar itu bisa disewa untuk kelompok gay, kelompok lesbian, atau kelompok nudis! Pernah kejadian salah seorang teman saya bercerita bagaimana dia sampai tidak lagi bisa menikmati santap makan, karena sehari-hari dia harus melayani tamu kapal yang telanjang bulat. Mulai acara memancing, berjemur, hingga makan di restoran, semuanya serba telanjang! Tentu sebagai karyawan kapal pesiar tetap harus memakai seragam rapi. Jadi tentu akan kontras, mereka yang bekerja melayani para penumpang berbaju seragam lengkap. 

Berbanding terbalik dengan mereka yang dilayani bertelanjang bulat ke sana-kemari.
Di atas langit masih ada langit. Di atas orang waras masih ada orang gila yang masih mau bertelanjang bulat di depan orang lain. Lebih enak memang hidup sederhana, karena semakin ke atas selalu ada yang bisa melebihi. Hanya kesederhanaan yang akan memupus nafsu manusia untuk tampil lebih dan serba mengalahkan.

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah memuat tulisan saya di blog Anda. I appreciate that!
    Salam,
    Hartono Rakiman
    http://www.rumahbaca.wordpress.com

    BalasHapus