Senin, 28 Mei 2012

Melindungi Corby dan Melindungi Wong Cilik


Melindungi Corby dan Melindungi Wong Cilik
M Sobary; Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia
SUMBER :  SINDO, 28 Mei 2012


Saudara HenryYosodiningrat, ketua Gerakan Antinarkotika, berniat menggugat keputusan grasi Presiden terhadap kasus Corby. Sikapnya konsisten buat menegakkan hukum, dengan cara yang penuh wibawa, dan mandiri seperti ini wajib kita dukung.
Sekali narkoba dipandang bahaya besar bagi bangsa, dia memang benar bahaya. Jika terhadap bahaya ini sikap Indonesia jelas dan tegas––menghukum berat tanpa pandang bulu siapa saja pelakunya,wujud sikap itu yang diharapkan tampil dalam pelaksanaan hukum kita.Saudara Henry memperlihatkan sikap seorang warga negara yang sangat peduli, gigih,dan konsisten berpegang pada prinsip hukum demi menjaga kewibawaan bangsa dan negara.

Amir Syamsudin membela atasannya dengan menatakan grasi ini hak prerogatif Presiden. Kasus penjahat yang membahayakan bangsa juga mendapat perhatian istimewa macam ini? Ini bahkan dianggap bagian dari diplomasi? Menteri luar negeri dan semua kekuatan politik dan kebudayaan kita mandul, dan tak mampu melakukan diplomasi tanpa mengesankan “jual-beli hukum” secara murah macam ini?

Diplomasi tak berjalan tanpa mengesankan bahwa pemerintah kita minder, dan takut terhadap bangsa kulit putih? Kita merasa tak punya harga diri buat menegakkan hukum jika hal itu berhubungan dengan orang bule? Bagaimana kalau pelaku itu orang China, bangsa kita sendiri? Sikap dan label buruk kita terhadap pengusaha keturunan China di negeri kita sudah kelewat jauh dari proporsi kemanusiaan.

Tapi,mengapa Ical, ketua Golkar,menilai tindakan ini demi kemanusiaan? Mantap sekali. Kemanusiaan macam apa? Kemanusiaan yang penuh rasa minder, takut, dan tak punya nyali menghadapi bangsa kulit putih,seolah bangsa itu super, dan serbalebih dari kita? Lalu hukuman 20 tahun, dengan denda 100 juta itu, sudah adil menurut hukum dan sikap politik kita? Sekali lagi, bagaimana kalau orang China pelakunya?

Hanya dihukum 20 tahun dan denda 100 juta juga? Ini juga sudah merupakan hukuman yang adil? Di negeri kita hukum yang mengatur, bukan membikin tenteram, tapi membikin resah.Apa yang berhubungan dengan hukum, selalu ada hubungan dengan sikap tidak adil. Bagi para tokoh gerakan hukum dan pemikir sosial,hal ini jelas merupakan isu yang menantang perlawanan kita.

Lalu Mahfud. Dia membandingkan, narkoba lebih berbahaya dari korupsi dan terorisme? Menggelikan sekali.Tiga hal yang mematikan bangsa dibikin gradasi kuantitatif yang tak masuk akal. Korupsi sebagai “an extra ordinary crime against humanity” dan terorisme yang “legalized killing” terhadap siapa saja, yang berarti juga ”the enemy of humanity” seperti narkotika sebagai “silent killer”,yang tak pandang bulu, dan itu berarti “killing humanity”.

Kenapa dibikin kategori sosial seperti roti dibanding singkong? Ibas dengan bangga menyebut keputusan ini berdampak positif terhadap penyelesaian kasus-kasus warga negara kita di luar negeri? Betapa simplistis politisi kita berpikir mengenai hukum dan kewibawaan bangsa. Amir menambahkan pembelaan pada yang salah terhadap bosnya dengan mengatakan grasi ini tak dimaksudkan untuk menoleransi tindakan terhadap kasus narkoba.

Ini sikap “loyalis” pada penguasa yang sudah berubah menjadi sikap “royalis”, dan karena itu perlu menyamakan apa yang “dimaksud” di hati dengan apa yang tampak di dalam masyarakat. Dimaksudkan untuk menolerir atau tidak, kalau kenyataan memperlihatkan sikap macam itu,yang dibaca orang jelas hanya yang tampak.

Hati yang penuh kemuliaan, sikap yang serbadamai, dan komitmen luhur mencintai kemanusiaan, dalam kasus ini tak berarti apa-apa. Saat keputusan itu diambil, saya yakin tak seorang pun yang hadir di forum rapat, yang ingat akan kemanusiaan, kedamaian, dan keluhuran macam itu. Membela atasan itu baik.Tapi,mungkin akan baik kalau dilakukan dengan argumen yang agak masuk akal sedikit. Kalau tidak, yaitu tadi: para “loyalis” telah berubah menjadi “royalis”.

Maksudnya loyal pada nilai sudah berganti arah menjadi loyal pada Istana, sebagaimana hal itu terjadi dalam masa revolusi Prancis. Di sana “royalis” itu sindiran lembut, tapi menusuk jantung. Loyalitas macam itu menjerumuskan atasan. Selebihnya perlu ada catatan kecil buat para aktivis antitembakau, antirokok. Tembakau atau rokoknya meracuni orang, dan bisa membikin lingkungan tak sehat.

Argumen ini bisa diterima meskipun sering berlebihan. Apa kata Saudara- Saudara terhadap kasus Corby dan semangat untuk segera melaksanakan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terhadap Pengendalian Dampak Tembakau? Corby lebih mulia tingkah lakunya dibanding petani tembakau di seluruh Tanah Air? RPP hanya mengatur pabrik rokok, tapi sekaligus hendak membunuh petani tembakau.

Para aktivis tak mengakui ini. Tapi, apakah Saudara-Saudara tak menyadari bahwa aturan pemerintah telah membunuh ratusan industri rumah tangga yang menghasilkan keretek? Mereka “wafat dengan resah” karena ulah pemerintah. Cukai dinaikkan sampai ke titik di mana industri rumah tangga tak bakal mampu bertahan.

Gerakan ini masih tetap dengan bangga bermaksud mengatur kehidupan bangsa, tanpa menyadari ada ironi getir di dalamnya.Industri rakyat sendiri, industri kecil, industri rumah tangga, dibunuh dengan kejam, atas nama perjuangan. Orang-orang yang bicara tentang ratusan ribu orang mati tiap hari karena keretek, mengapa diam seribu bahasa terhadap bahaya narkoba, yang jauh lebih mengerikan dari bahaya apa pun?

Para pemuda dan pemudi, generasi muda kita, ditambah jutaan orang dewasa yang kecanduan narkotika, yang terbunuh cepat maupun pelan, mengapa dibiarkan tanpa pembelaan? Moral cerita di balik protes Saudara-Saudara terhadap tembakau dan keretek,dengan begini, apa masih punya daya? Andaikan dengan tulus—dan sikap tulus itu berlangsung agak lama—sebagian dari Saudara-Saudara juga menyuarakan protes terhadap kasus Corby, saya yakin bahwa saya akan menggelar karpet merah bagi nurani Saudara- Saudara.

Kemudian Bapak Presiden yang Mulia serta bijaksana seperti Raja Sulaiman, mohon jangan tanda tangani RPP itu. Kemuliaanlah yang membuat Corby Bapak lindungi. Maka itu, mohon kiranya kemuliaan Bapak untuk melindungi industri rumah tangga tadi. Dengan begitu, berkat kemuliaan yang agung itu, Bapak telah melindungi wong cilik, yang juga bangsa kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar