Senin, 28 Mei 2012

Pilihan Cermat Menjadi Mahasiswa


Pilihan Cermat Menjadi Mahasiswa
Elfindri ; Profesor Ekonomi SDM Universitas Andalas
SUMBER :  SINAR HARAPAN, 28 Mei 2012
 

Sabtu akhir pekan lalu, seluruh siswa SMA/sederajat mengetahui hasil ujian akhir. Tentunya bagi yang belum lulus dapat mengikuti paket C. Setelah itu lengkaplah sudah anak-anak usia SMA menjalani pendidikan menengah, dengan berbagai kualitas yang diperoleh.

Target nasional menaikkan jumlah pelamar perguruan tinggi hingga sekitar 30 persen dari anak usia 18-23 tahun tidaklah terlalu berat. Mengingat sekitar 3.000 PTS tersedia disertai sekitar 96 PTN. Persoalannya adalah perguruan tinggi tidak tersebar secara merata, termasuk tidak tersebarnya informasi yang lengkap bagi anak-anak yang telah menamatkan SMA.

Informasi yang lengkap, assymetric information, dari segi pemahaman jurusan sangat terasa antara mereka yang memperoleh pendidikan di pedesaan, dengan mereka yang tinggal di ibu kota provinsi. Biasanya mereka yang memperoleh sekolah baik di ibu kota provinsi jauh hari sudah mulai mengincar tempat sekolah, disertai jurusan yang akan dipilih. Karena ketidaksamaan informasi, sering anak-anak berbakat dan potensial tidak memperoleh jurusan yang cocok dengan talentanya.

Bagaimana pun, tantangan yang terbesar adalah berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, kesempatan bagi keluarga miskin yang berbakat untuk memperoleh pendidikan ke perguruan tinggi yang baik. Tanpa disertai dengan beasiswa yang memadai, ketimpangan akan akses pendidikan tinggi akan terasa antara mereka yang berasal dari keluarga miskin dibandingkan dengan berasal dari kaya.

Data Susenas 2010 memperlihatkan sekitar 61 persen anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berasal dari keluarga kaya, berlawanan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, jumlahnya tidak lebih dari 4 persen. Kedua, banyak anak yang tidak memahami ke mana mereka sebaiknya menempuh pendidikan lanjutan.
 
Hal ini disebabkan kurangnya penjelasan yang memuaskan selama anak menjalani pendidikan di SMA. Selain itu, orientasi pendidikan tinggi yang dianut Indonesia masih mendorong generasi mendatang memasuki pendidikan keilmuan, bukan keterampilan. Akibatnya, lebih banyak anak memiliki pilihan pada jurusan-jurusan yang sudah dianggap jenuh. Ataupun kalau memilih jurusan tertentu, sangat kurang informasi mau menjadi apa mereka setelah menamatkan pendidikan tinggi.

Jurusan Jenuh?

Sesungguhnya, hal yang dapat dijadikan pedoman adalah seberapa banyak alumni masing-masing perguruan tinggi yang menganggur, atau yang berbuat tidak jujur, atau yang tidak matang sehingga tidak banyak bedanya antara selesai kuliah dengan selesai jenjang SMA. Data tersebut tidak tersedia sampai sekarang untuk tingkat perguruan tinggi manapun di Indonesia.

Data yang tersedia sekarang adalah pengangguran sarjana menurut jurusan yang ditamatkan. Jurusan keteknikan dan vokasional (politeknik) jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengangguran jurusan keguruan, MIPA, pertanian, hukum, dan ilmu sosial lainnya. Angka pengangguran sarjana pada tahun-tahun terakhir di provinsi masing-masing bisa mencapai pada kisaran antara 15-40 persen. Saat pengangguran terbuka dicapai pada kisaran 7-8 persen.

Bagi mereka yang sedang menjalani ujian akhir, bersegeralah sehabis ujian akhir memasuki bimbingan belajar (bimbel), atau yang tidak berkesempatan ikut bimbel, pilihlah jurusan yang paling disukai dan yang paling besar kesempatannya untuk lulus.
 
Mengecap pendidikan keilmuan memerlukan kesungguhan yang tinggi. PTN relatif lebih baik karena memiliki dosen yang terdidik, dan proses perkuliahannya relatif baik pula. Namun pendidikan keterampilan justru lebih relevan dan masuk akal mengingat angka pengangguran masih relatif rendah.

Oleh karena itu, hindarkan diri dari iming-iming perguruan tinggi yang menawarkan segala bentuk ujian masuk. Ini karena setiap tawaran tersebut pada dasarnya adalah tidak selalu baik. Sangat disayangkan Anda lahir pada zaman dan tempat yang tidak kondusif untuk masuk pada proses ke perguruan tinggi. PTN yang baik terbatas jumlah maupun kapasitasnya. Jumlah PTS juga banyak, namun juga banyak yang tidak baik kualitasnya.

Untuk bidang keguruan, sesuai dengan proyeksi penerimaan guru nasional oleh Direktur Tenaga Pendidik dan Kependidikan Direktorat Pendidikan Tinggi, hanya lima jurusan yang akan merekrut guru, paling tidak sampai 40.000-50.000 secara nasional pada masa yang akan datang, di antaranya Pendidikan TIK, Pendidikan Muatan Lokal, Pendidikan Guru TK (PAUD), sementara peringkat berikutnya adalah pendidikan Guru SD, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Guru Bahasa Inggris.
 
Jenis jurusan pendidikan bidang mata ajar lainnya memberlakukan rekrutmen sesuai dengan jumlah mereka yang pensiun. Mulai 2012 diperkirakan rekrutmen guru juga dari tamatan pendidikan umum, sepanjang memiliki sertifikat pengajaran. Mereka yang menamatkan pendidikan umum dapat menjadi guru, sebaliknya jika tamat pendidikan nonkeguruan mereka memperoleh pendidikan jangka pendek oleh lembaga yang ditunjuk Mendiknas.

Pendidikan Vokasional

Sementara untuk bidang di luar keguruan, prospek pekerjaan mereka yang menamatkan pendidikan keteknikan diperkirakan masih relatif tinggi. Jurusan keteknikan vokasional sebenarnya masih terbuka luas, sesuai dengan kemajuan ekonomi di daerah-daerah di mana akan melakukan pekerjaan nantinya.
 
Bidang-bidang yang lebih vokasional adalah akunting, kedokteran, ketatabogaan, informatika, perhotelan, dan farmasi. Sementara bidang keilmuan lainnya daya serap pasar kerja akan tetap terbatas, mau tamat apa pun jurusan yang dimiliki.

Ke depan sebenarnya pasar kerja diperkirakan akan berubah banyak. Jumlah orang yang akan direkrut pasar kerja upahan hanya tiga dari 10 pekerja yang diterima. Sisanya tujuh orang akan bekerja pada pekerjaan yang tidak terikat dengan upah.
 
Dulu satu sarjana membawahi tiga orang berpendidikan menengah dan enam orang tidak berpendidikan. Ke depan bisa diperkirakan satu sarjana akan membawahi semakin banyak mereka yang berpendidikan menengah dan semakin sedikit yang tidak berpendidikan.

Oleh karena itu, sebaiknya memilih jurusan jangan hiraukan kampanye perguruan tinggi. Tanya kata hati Anda mau ke mana? Jika masih ragu, lebih baik Anda masuk ke jurusan keterampilan enam bulan, satu atau dua tahun, mirip memasuki community college kemudian mulai merintis kehidupan setelah itu.
 
Buang jauh-jauh melihat gelar, karena gelar sekarang tidak terlalu penting. Para profesional sekarang memerlukan mereka yang bekerja keras, jujur, mempu bekerja berkelompok, dan kreatif. Selamat memilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar