Kamis, 29 November 2012

Hati-Hati Tawaran Cuci Otak


Hati-Hati Tawaran Cuci Otak
Moh Hasan Machfoed ; Ketua Umum Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi)
JAWA POS, 28 November 2012



AKHIR-AKHIR ini, promosi brain wash (BW), padanan kata cuci otak untuk terapi stroke, gencar dilakukan. Itu dilakukan berkali-kali oleh seorang dokter melalui berbagai media seperti koran, majalah, TV, FB, internet dan SMS.

Belakangan, muncul pula istilah baru, brain spa (BS). Akibatnya, BW/BS sangat terkenal di masyarakat. Seolah-olah, terapi baru itu sangat mujarab mengobati stroke. Semua kerak otak karena stroke bisa dicuci bersih. BS membuat otak segar bugar, tak peduli berapa tahun stroke diderita. Ada masyarakat yang mempertanyakan manfaatnya. Yang lain menaruh harapan besar, terutama mereka yang lama menderita stroke. Itu ditunjang banyaknya SMS yang berisi testimoni keampuhan metode tersebut.

Sungguh, itu istilah yang menyesatkan. Sebagai promosi, itu sangat mujarab dan menggoda. Mudah diingat, diterima nalar masyarakat, dan merangsang orang untuk mencoba. 

Nasib orang kena stroke memang malang. Penyakitnya berat, sembuhnya lama, biayanya mahal. Kepustakaan menyebutkan, 1/3 penderita stroke sembuh sempurna, 1/3 cacat, dan 1/3 sisanya meninggal. Angka kematian stroke sangat tinggi dan kecacatannya nomor wahid. Bisa cacat sementara atau permanen, bergantung beratnya penyakit, komplikasi, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Bila semua berjalan baik, cacat berlangsung sementara dan sembuh sempurna. Bila terjadi sebaliknya, cacat akan menetap dan meninggal.

Gejala stroke mudah dikenal. Secara mendadak, orang mengalami lumpuh separo badan, sulit bicara dan menelan, gringgingen/kebas, dan gangguan keseimbangan. Gejala lainnya adalah kejang, tidak sadar, gangguan berpikir, dan gangguan psikologis. Bila terlambat atau tidak akurat ditangani, terjadilah cacat tetap atau gejala sisa (sequelae).

Cacat tetap menurunkan kualitas hidup dan SDM. Bila kepala keluarga yang menderita, penghasilan jadi turun karena tidak kerja. Urusan keluarga kacau bila ibu yang menderita. Tabungan keluarga ludes untuk bayar biaya perawatan yang lama dan mahal. Celakanya, sudah habis biaya banyak, sembuh yang diharap tak kunjung tiba. Itu membuat bingung, sedih, dan frustrasi. Dicarilah terapi alternatif, tapi tak sembuh juga.

Stroke adalah penyakit gangguan pembuluh darah otak (PDO) karena tersumbat (iskemik) atau pecah (perdarahan). Saat ini kejadian stroke meningkat. Dulu, stroke biasa menyerang orang usia lanjut. Itu terjadi karena kakunya PDO (arteriosklerosis) karena proses tua. Belakangan, stroke juga menyerang orang muda yang produktif. Itu dipicu pola hidup tidak sehat dan stres psikologis karena kerasnya persaingan hidup. 

Ada dua faktor risiko stroke, yakni yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah. Yang tidak bisa diubah, antara lain, umur, jenis kelamin, suku bangsa, dan keturunan/genetik. Lainnya bisa diubah. Misalnya, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, penyakit kencing manis, kadar lemak tinggi, merokok/alkohol, gemuk, kurang olahraga, dan stres psikologis. Stroke bisa dicegah bila semua faktor terkontrol baik. Pedoman terapi atau guidelines (GL) stroke mengacu pada kesepakatan berbagai perkumpulan profesi kedokteran tepercaya di dunia. Tujuannya, menyelamatkan kerusakan sel otak secepat mungkin agar terhindar dari cacat tetap. Semua dokter yang mengobati stroke harus mengacu ke sana, tidak boleh tidak. 

Untuk stroke iskemik yang baru terjadi (akut), diperlukan tindakan intervensi berupa trombolisis dan trombektomi. Trombolisis adalah memasukkan obat ke dalam PDO. Gunanya, melarutkan thrombus (bekuan darah) penyumbat PDO. Biasanya dipakai obat rt tPA atau urokinase. Trombektomi dilakukan dengan menyedot thrombus.

Trombolisis hanya boleh dilakukan dalam waktu 6 jam sejak seseorang terkena stroke, trombektomi hanya boleh dilakukan sampai 8 jam. Setelah itu dilarang memasukkan obat apa pun karena sangat berbahaya. 

Obat pelarut tidak berfungsi lagi bila thrombus sudah lama terbentuk. Jadi, selain tidak ada gunanya, bahayanya pun sangat besar. Yaitu, terjadinya perdarahan otak dengan akibat kematian tinggi. Itu terjadi karena obat pelarut yang dimasukkan menghancurkan mekanisme normal pembekuan darah. Di semua rumah sakit besar, prosedur ini jarang dilakukan karena pasien datang terlambat.

Dalam GL stroke tidak dikenal istilah brain wash (BW), apalagi brain spa (BS). Menurut media, BW/BS yang tergolong tindakan intervensi itu dilakukan untuk menghilangkan sumbatan dengan cara memasukkan obat ke dalam PDO. Kalau itu yang dilakukan, prosedurnya disebut trombolisis dan obat yang digunakan adalah rt tPA atau urokinase. 

Pada BW/BS, tidak jelas obat apa yang dimasukkan karena tidak pernah diumumkan. Karena bahaya terjadinya perdarahan otak, trombolisis tidak boleh dilakukan melebihi 8 jam. Yang terungkap di media, BW/BS bisa dilakukan kapan pun, tak peduli berapa tahun terserang stroke. Jelas, itu berbahaya dan tidak sesuai dengan pedoman yang sudah teruji.

Keberhasilan terapi intervensi stroke bukan segala-galanya. Bila semua persyaratan dipenuhi (tepat waktu, tepat indikasi, dan tepat obat), keberhasilan terapi hanya 40-45 persen. Apalagi kalau tak terpenuhi, kegagalannya jadi semakin besar. Sayangnya, hal tersebut tidak pernah diungkap.

Tayangan promo Brain Spa di Metro TV, Jumat (16 November 2012) menyebutkan: ''Inilah satu-satunya metode baru di Indonesia, bahkan juga di dunia''. Kalau itu benar, masyarakat ilmiah Indonesia, bahkan dunia, akan menyambutnya dengan sukacita. Artinya, telah ditemukan obat baru stroke oleh putra Indonesia. Namun, itu semua harus dilakukan melalui metode ilmiah yang ketat, mulai penelitian binatang hingga manusia. Harus jelas manfaat dan bahayanya. 

Selain itu, harus memperoleh pengakuan internasional sebelumnya. Biasanya itu didapat melalui publikasi ilmiah bertaraf internasional pula. Tanpa penelitian jelas, tidak boleh melakukan terapi langsung pada manusia. Sayangnya, masyarakat ilmiah Indonesia tidak mengenal BW/BS.

Mereka yang berniat mencuci otaknya perlu hati-hati. Tanya dulu pendapat dokter lainnya. Terutama dari spesialis saraf yang biasa menangani stroke. Malu bertanya, bisa terjerumus di jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar