Selasa, 27 November 2012

Obama, Minyak, dan Israel


Obama, Minyak, dan Israel
Marwan Ja’far ; Ketua Dewan Pembina Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa
Partai Kebangkitan Bangsa 
REPUBLIKA, 26 November 2012


Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Hussein Obama merilis Victory Speech, Rabu 7 November 2012, dari Chicago, AS. Sekitar 12 hari kemudian, harga minyak mentah di pasar Asia naik. Para pelaku pasar khawatir eskalasi konflik Palestina-Israel dapat menyeret keterlibatan Iran dan ledakan kilang minyak Teluk Meksiko. Di pasar New York, AS, dan pasar global, harga min yak mentah naik sekitar dua dolar AS. Kedua krisis ini mencemaskan pelaku pasar terhadap pasokan minyak dunia (AFP, 19/11/2012).
Isi pidato Obama memperlihatkan strategi lima tahun AS ke depan. Posisi AS sebagai global leaderakan dipertahankan melalui inovasi, penemuan, dan teknologi. Sekolah-sekolah, guru, dan pendidikan akan diperkuat. Keluarga AS tidak terbebani oleh utang, tidak dirapuhkan oleh ketimpangan, tidak diancam oleh pemanasan global. AS menjadi zona aman dan negara terhormat dengan kekuatan militer terbesar (Reuters, 7/11/2012).
Obama melihat, titik lemah ekonomi AS saat ini adalah defisit, perpajakan, sistem imigrasi, dan ketergantungan AS pada pasokan minyak impor. Beban fiskal tinggi karena kenaikan pajak. Potongan anggaran belanja negara mudah mendorong ekonomi AS ke fase resesi akibat lonjakan harga minyak dunia.
Oleh karena itu, Presiden Obama melalui Menlu AS Hillary Clinton, Presiden Mesir Mohammed Morsi, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mensponsori gencatan senjata Israel-Palestina. (AFP, 20/11/2012).
Obamanomic
AS besar bukan karena kekuatan militer. Kebesaran AS terletak pada nilai-nilai e pluribus unum--hidup berdampingan sebagai satu bangsa yang damai, kasih, karitas, adil, toleran, dan memenuhi kewajiban terhadap orang lain dan generasi akan datang di muka bumi. Untuk mengelola nilai-nilai ini dibutuhkan guru, sekolah, anak didik, dan pendidikan terbaik (ABC, 6/11 - /2012). Impian Obama itu tidak bedanya dengan dialog filsuf Socrates dan Plato sekitar tahun 380 pra-Masehi di Yunani.
Bahwa tugas negara adalah membangun empat nilaim, yaitu order, stability, justice, dan peace (Debra Nails, 2002). Di sisi lain, Obama melihat basis AS lima tahun ke depan adalah: teknologi, inovasi, dan penemuan ilmiah. Obama juga hendak membebaskan AS dari ketergantungan minyak impor dan ancaman pemanasan global. Jika visi Obama ini berhasil diwujudkan, AS menjadi negara-pioner yang mengakumulasi kapital tanpa berbasis bahan bakar fosil. Pidato Obama memang bukan dirilis dari Texas, simbol episentrum kapitalisme fosil AS sejak revolusi industri abad 19. 
Obamanomic hendak melahirkan kekayaan untuk Amerika berbasis prinsip dan struktur spesialisasi sesuai talenta, kemampuan, karakter, dan keahlian dalam mengelola kapital, negara, dan pemerintahan sehingga melekat hak alamiah pada pemilik suatu spesialisasi. Visi Obama ini mirip pemikiran Plato dalam buku The Republic dan gagasan Francis Bacon tentang scientia potentia estatau knowledge is power. (Haas, Ernst B., 1990). 
Konflik Israel-Palestina
Adagium klasik tentang kapitalisme global selama ini menyatakan bahwa energi murah dan melimpah adalah lokomotif pertumbuhan. Sedangkan, kelangkaan energi fosil dan mahalnya energi fosil adalah lonceng kematian pertumbuhan ekonomi. Contoh nyata antara lain oil-shock pada 1973 dan 1979 yang dipicu oleh embargo minyak oleh negara-negara OPEC. Ketika itu, ekonomi AS, Eropa, dan Jepang terjebak pada resesi. Begitu pula krisis keuangan global pada 2008, dipicu oleh lonjakan harga minyak dunia. Harga minyak naik dari level 20 dolar AS per barel tahun 2000 menjadi 147 dolar AS per barel tahun 2008 (Jeff Rubin, 2009).
Konflik Israel-Palestina bertempat di Timur Tengah, zona pusat pasokan minyak dunia. Jika eskalasi konflik ini tidak dapat dihentikan maka negara industri maju atau kapitalisme global berbasis bahan bakar fosil berisiko stagnan dan resesi. Karena itu, AS mensponsori gencatan senjata antara Israel-Palestina. Artinya, pertumbuhan ekonomi AS atau kapitalisme AS masih sangat bergantung pada pasokan minyak dari Timur Tengah.
Konflik Israel-Palestina memasuki fase baru. Bermula dari upaya Hamas menguasai Jalur Gaza sejak 2007 dan Parlemen Palestina pada 2006. Israel memblokir jalur Gaza guna mencegah penyelundupan senjata. Luas jalur Gaza 141 mil persegi atau 1,75 persen dari luas total pendudukan Israel. Jumlah penduduknya 1,7 juta jiwa. Hamas menyerang Israel dengan roket Fajr-5 seberat 2403 pon buatan Iran hingga kota Tel Aviv, utara Israel, dan kota Dimona, selatan Israel. Jangkauan Fajr sejauh 47 mil ke wilayah Israel mengancam 3,5 juta juta penduduk atau 45 persen warga Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar