Minggu, 30 Desember 2012

Efek Industrialisasi Kecantikan


Efek Industrialisasi Kecantikan
Mansata Indah Dwi Utari ;   Perempuan,
Guru di Yayasan Assalam Kradenan, Grobogan
JAWA POS, 29 Desember 2012



PEREMPUAN dan kecantikan adalah duo sinonim. Dua hal tersebut selamanya tidak akan terpisah dan tidak boleh dipisahkan. Kecantikan adalah aset berharga sekaligus lambang kewanitaan. Itulah memang karakter generik perempuan. 

Urusan kecantikan bagi perempuan memang selalu menjadi prioritas utama. Apalagi ketika momen liburan atau perayaan tiba seperti akhir-akhir ini. Aneka cara diterabas untuk mempercantik diri. Mulai cara tradisional, modern, hingga yang irasional dilakukan guna memperoleh hasil cantik secepat-cepatnya. 

Globalisasi menggeser makna cantik pada konteks perempuan Indonesia yang berkulit sawo matang. Kini cantik bagi perempuan Indonesia adalah memiliki kulit seputih bengkuang karena terpengaruh ''koreaisme''. Tak pelak, produk-produk pemutih pun laris di pasaran. Selain pelangsing, produk paling laris biasanya adalah krim pemutih dan kosmetik.

Keserakahan Kapitalis 

Pasar kapitalistis menangkap pentingnya penampilan dan kecantikan sebagai peluang untuk menebar ''candu'' berupa produk yang menjanjikan kecantikan. Nilai dari dunia luar yang dicekokkan lewat berbagai sarana dan media membuat persepsi baru tentang pandangan hidup, termasuk kecantikan. Bahkan, manusia enggan menjadi tua, setidaknya enggan mengeriput alami. 

Karena itu, ditebarlah produk-produk pemutih kulit dan kosmetik dengan berbagai nama serta bentuk. Tak jarang pula, produk-produk tersebut mengandung zat-zat berbahaya. Tak kurang dari 48 kosmetik yang ditemukan di Jakarta dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi (Jawa Pos, 28/12).

Produk-produk pemutih diiklankan di berbagai media massa, mulut ke mulut, hingga ke jejaring sosial. Kaum kapitalis semakin leluasa karena penebarluasan iklan tersebut tak disertai meningkatnya ketelitian serta kesadaran konsumen. Karena itu, banyak produk pemutih hasil daur ulang yang dijual, hanya dibungkus dengan kemasan berbeda. Produk itu pun kerap tidak disertai informasi cukup tentang kontennya. 

Efek yang ditimbulkan oleh pemakaian produk pemutih tersebut pun beragam. Bagi perempuan yang cocok dengan produk itu, efek putih instan pun mudah didapat. Menurut Prof Nurul Ilmi Idrus dalam presentasi penelitiannya, setiap produk pemutih pasti menimbulkan efek samping, baik jangka pendek maupun panjang. Efek tersebut dapat berupa pedih, panas, serta kulit menghitam atau memerah. 

Banyak perempuan yang menganggap efek-efek itu sebagai proses wajar karena produk pemutih. Mereka percaya kulitnya akan menjadi putih setelah proses tersebut. Kalau tidak terjadi, para perempuan akan begitu saja beralih dari satu produk pemutih ke produk lain guna mendapat hasil kulit putih secara cepat. 

Jelas, itu merupakan perilaku tidak baik bagi kesehatan. Sebab, produk-produk yang digunakan tersebut mengandung zat-zat berbahaya seperti merkuri, hydroquinone yang dapat merusak kulit secara fatal, bahkan kanker kulit. Efek lain yang ditimbulkan oleh pemakaian produk tersebut adalah pemakaian yang berkelanjutan. Tak bisa dimungkiri, bila sehari saja kita mengabaikan pemakaian, kulit akan terlihat semakin hitam. Hal itu merupakan indikasi bahwa pemakaian pemutih harus dilakukan secara berkelanjutan. Pada gilirannya, timbul sebuah ketergantungan. 

Ketergantungan itu setidaknya berimbas pada dua aspek. Pertama, aspek kesehatan. Kesehatan menjadi taruhan lantaran zat kimia terus melekat di kulit setiap hari. Bila berhenti, malah semakin parah. Kulit memerah hingga terjadi jerawat. Kedua, aspek ekonomi. Memang, efek ketergantungan itulah yang diharapkan para kapitalis atau industrialis. Dengan demikian, pemutih yang diproduksi akan terus dikonsumsi.

Website Hotline di Kemasan 

Langkah utama untuk mencegah beredarnya produk pemutih berbahaya adalah perlunya tindakan tegas pemerintah. Melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), pemerintah harus sering mengawasi peredaran produk pemutih berbahaya. Tak lupa, pemerintah juga harus tegas menindak oknum yang memproduksi serta menjual produk tersebut. 

Bila perlu, selain mewajibkan izin ke BPOM, harus dicantumkan website di masing-masing kemasan kosmetik agar info lengkap tentang profil produk bisa diperoleh. Yang tak kalah penting, pencantuman telepon hotline produsen atau BPOM di kemasan agar bisa diperoleh penjelasan langsung, terlebih bila ada efek samping yang memerlukan pengaduan atau penanganan cepat. 

Selain kuasa pemerintah untuk memperkuat aspek tanggung jawab industrialis, perempuan perlu memberdayakan diri. Tujuannya, mereka tidak ''diperalat'' oleh pelaku pasar. Mereka harus mempertimbangkan efek kesehatan untuk tampil cantik secara instan. Mereka juga perlu paham betul konten produk pemutih yang dikonsumsi. Tidak hanya terbuai hasutan penjual atau teman tanpa memahami produk.

Semua produsen dan pengimpor barang komestik juga diwajibkan mendaftarkan barang mereka supaya dapat dikenal dengan pasti kandungan bahan-bahan yang digunakan. Tujuannya, memastikan bahwa barang tersebut tidak berbahaya. Artinya, sesuai porsi mempercantik diri tapi juga aman digunakan. Sebab, setiap barang memiliki kandungan bahan kimia yang bermacam-macam. Meski biasanya produk itu dianggap aman digunakan, kandungan bahan kimia tentu menimbulkan mudarat bila salah guna.

Jangan termakan rayuan masal iklan yang menjanjikan cantik secara instan. Kadang memang kita bisa tampil cantik dengan waktu singkat. Namun, hal itu sering berlangsung dalam waktu singkat pula dan akhirnya berujung pada kerusakan kulit hingga penyakit. Kita harus teliti sebelum membeli produk. Cek legalitasnya dan pelajari kontennya. Hindari membeli produk jika mengandung zat-zat berbahaya atau tidak memiliki informasi produk.

Seharusnya, menikmati eksotika kulit sawo matang merupakan kebanggaan bagi perempuan Indonesia. Sebab, kulit tipe itu adalah made in Indonesia asli tanpa permak dan ''dempul''. Kulit itu juga tengah digandrungi orang-orang Eropa yang malah sibuk mencokelatkan kulitnya ketika berwisata ke wilayah tropis. Satu hal yang harus selalu diingat, kecantikan sejati adalah kecantikan budi pekerti, bukan kecantikan fisik semata. Inner beauty akan memperkuat outer beauty.

Mari berdandan dengan cermat dan cerdas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar