Selasa, 29 Januari 2013

Artis Nirkoba


Artis Nirkoba
Arswendo Atmowiloto ;  Budayawan
SINDO, 29 Januari 2013



Digropyoknya Raffi Ahmad dan kawan-kawan di rumah kediamannya karena diduga sebagai pengguna narkoba sebenarnya tidak menunjukkan hubungan khusus antara artis dan narkoba. Atau juga profesi lain, semisal pengacara, atau pilot, atau hakim.
Bahwa menangkap satu artis lebih membahana beritanya dibanding 10 bukan artis, itu karena artis yang bersangkutan telah menjadi “orang yang kita kenal”, dan sering berkunjung ke rumah melalui layar televisi. Dalam hal ini Badan Narkotika Nasional (BNN), atau institusi lain, bisa mempunyai cara khusus menangani profesi tertentu yang memperlihatkan mekanisme kenarkobaan yang sama.Lebih penting lagi,bagaimana upaya memangkas tuntasnya? 

Pencegahan dalam Produksi 

Saya mencoba memperkenalkan idiom baru: nirkoba. Yaitu kehidupan tanpa, nir, pengaruh dan penggunaan narkoba. Kata nirkoba terdengar lebih memberi harapan dibandingkan kata narkoba yang seram mencekam dan menghukum tanpa harapan. Artis nirkoba adalah artis,atau sering dirancukan (tapi nggak apa-apa) dengan selebritas, atau tokoh yang menarik perhatian masyarakat, yang sama sekali tak bersentuhan dengan narkoba. 

Dan ternyata bisa sukses, sehat, aman, dan terkendali. Sosok dan kesaksian mereka inilah yang, seharusnya juga, sering dimunculkan. Testimoni profesi ini, yang dianggap memengaruhi kehidupan masyarakat, menjadi garansi sekarang ini—atau juga jaminan yang dimintakan pertanggungjawaban nanti. 

Sisi lain,serta-merta dengan itu,adalah tindakan tegas,jelas, untuk menuntaskan kasus-kasus seperti ini.Misalnya,pada saat yang bersamaan artis yang bersangkutan tidak dipakai lagi. Bahkan kalau sedang dalam kontrak “kejar tayang” pun, seketika diberhentikan. Hukuman atau sanksi ini bukan hanya langsung dirasakan yang bersangkutan, melainkan dan terutama untuk pelajaran masyarakat.Bahwa pengguna narkoba adalah berada di jalan mati, jalan buntu—dan bisa berkarya lagi kalau sudah dinyatakan sembuh.

Tanpa kecuali artis yang benar-benar artis, atau yang sering diistilahkan ngartis—berperilaku seolah-olah artis.Keterlibatannya bukan hanya menunggu berita gropyokan, penggerebekan, atau penangkapan. Melainkan, jauh sebelum itu, dalam suasana keseharian.Para produser, atau produser pelaksana, dengan mudah mengetahui artis atau kru mana yang kecanduan. Dengan demikian, bisa diamdiam, bisa terbuka,memutuskan kerja sama. 

Pencegahan pada masa praproduksi—kalau istilah ini bisa dipakai—jauh lebih efektif, jauh lebih benar, dalam penertiban. Dengan begitu, upaya menyensor diri, pertama-tama olehkelompok,oleh komunitasnya sendiri.Yang lebih mengetahui secara pasti.Keikutsertaan para produser secara aktif adalah langkah-langkah baik dan benar, dan ini yang harus ditegaskan sebagai bagian dari menciptakan artis atau kru nirkoba. 

Hambatan psikologis memang ada,namun sebenarnya sangat tipis dan bisa ditepis. Saya pernah menghentikan pemeran utama, artis dalam suatu serial, karena narkoba. Karena kebetulan saya produser dan penulis cerita, kisah bisa dibelokkan. Juga pernah dengan berat hati menghentikan artis yang bukan hanya terkenal, tapi saya kenal baik. Beberapa produser juga melakukan prosedur yang sama, tapi ternyata hanya sementara. 

Pencegahan Bersama 

Memberikan tanggung jawab menciptakan suasana nirkoba kepada produser, atau produser pelaksana, atau koordinator produksi di lapangan, juga berlaku untuk profesi lain—selain artis.Menurut pengalaman, ini jauh lebih mengena dibandingkan,misalnya, sanksi dari organisasi profesi yang diikuti.

Karena hukuman dari produser langsung mengenai sasaran,menyangkut periuk nasi—meskipun sekarang tak banyak yang menggunakan periuk dan makannya bukan nasi—yang terhenti seketika. Tanpa penghasilan utama yang terkena seruan cut— teriakan tanda berhentinya syuting—akan terpotong pula penghasilan artis. 

Meskipun tampangnya masih tampan atau cantik, mereka ini menjadi penganggur yang tersungkur rata dengan tanah.Karena yang ikut terpenggal bukan hanya honorarium sekian kali sekian episode saja,melainkan segala fasilitas yang dinikmati. Dari datang dijemput, pilih makan bubur atau sayur, siapa yang menata rambutnya, semua sirna.Artis menjadi orang biasa,hidup tanpa fasilitas dan penghasilan tetap. 

Diharapkan kenyataan pahit ini bukan hanya membuat meratap,melainkan juga membuat sadar bahwa menggunakan narkoba adalah langkah ke arah bunuh diri. Bisa dalam arti sebenarnya atau kiasan. Karena selama ini terbukti, yang namanya artis kalau berurusan dengan narkoba dan menjadi pengganggu istri atau suami resmi diemohi masyarakat. Dinamika dalam masyarakat telah lebih dulu menerapkan pujian atau hukuman. 

Jurus khusus untuk para artis serta kru ini bisa lebih diandalkan untuk menciptakan situasi dan kondisi nirkoba dibandingkangegapgempitaberita— yang bisa ditolak, bisa diralat, bisa menjadi bentuk kompromi transaksional, yang sungguh tidak membuat jera.Karena sanksi itu tidak berhubungan langsung dengan penghasilan. Masih lebih untung anggota DPR yang tetap menerima gaji ketika dipenjarakan. Ketika upaya menciptakan nirkoba dalam niat yang sebenarnya, ketika itulah tanggung jawab bisa dimungkinkan dibagi bersama.

Masalah besar yang membunuh secara menyeluruh bangsa ini, bukan hanya urusan BNN,juga bukan urusan artis saja. Nirkoba membutuhkan kemauan dan kemampuan lebih dari itu semua secara sendiri-sendiri, nirkoba memerlukan kebersamaan dan keserentakan sekaligus. ●


1 komentar:

  1. Menarik nih artikelnya , terima kasih atas infonya , saya akan sering kunjungi blog ini, Salam - Renovasi 123

    BalasHapus