Senin, 29 April 2013

Adakah yang Salah dalam Memberi Nasehat?


Adakah yang Salah dalam Memberi Nasehat?
Sawitri Supardi Sadarjoen ;  Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Harian Kompas, Dekan Fakultas Psikologi Universitas YARSI
KOMPAS, 28 April 2013


Apakah pertanyaan di atas membuat Lani dan Kevin harus menghentikan relasi persaudaraan yang sudah mereka jalin? Karena pola relasi yang selama ini mereka jalin terkait dengan peran Lani sebagai penasihat dan Kevin, adik bungsu Lani, sebagai orang yang selalu harus dinasihati oleh Lani dalam menjalani hidup.
Sebenarnya yang selama ini terjadi Lani baru memberikan Kevin nasihat bila Kevin membutuhkannya dan bila Lani berpikir bahwa nasihatnya sangat diperlukan oleh Kevin. Maka terjalinlah relasi berlanjut yang berbentuk: memberi nasihat serta memberi nasihat lagi dan seterusnya.

Sebenarnya tidak ada salahnya bila seseorang memberi nasihat seperti contoh berikut, ”Ini adalah hal yang saya pikirkan... atau dari pengalamanku selama ini, cara itu sangat berhasil bagi diriku”, walaupun tetap sampai sejauh itu pendapat kita tersebut. Kita kenali sebagai pendapat yang mungkin cocok untuk kita, tetapi tidak untuk orang lain. Ketahuilah bahwa saat memberi nasihat, kita sebenarnya memulai berperan sebagai orang yang posisinya di atas orang yang kita nasihati.

Namun, bila secara faktual ternyata nasihat kita tidak dipatuhi, kita merasa sakit hati dan marah. Padahal, ketidakpatuhan tersebut dapat kita nilai sebagai indikator bahwa sebetulnya nasihat kita kurang pas bagi diri orang yang kita nasihati.

Jadi, walaupun Lani dan Kevin adalah saudara kandung yang erat hubungannya dan tahu betul karakter kehidupan Kevin, tidak berarti nasihat Lani selalu cocok untuk kehidupan Kevin. Kevin seyogianya mendapat kesempatan untuk melakukan evaluasi pribadi terhadap nasihat yang diberikan Lani dan seyogianya pula Lani hanya boleh menasihati Kevin bila benar-benar Kevin meminta nasihat Lani.

Seperti, misalnya: ”Ya, untuk saya mencari psikoterapis yang mampu menolong kita dalam mengarungi kehidupan kita sangat efektif bagi saya sehingga saya punya terapis pribadi. Tetapi saya juga tahu bahwa tidak semua orang seperti saya, mungkin kamu akan lebih merasa nyaman bila mencari jalan keluar sendiri. Bagaimana menurut dirimu, Kevin?”

Dengan cara tersebut, nasihat diberikan secara lebih strategik, tetapi juga cara yang matang untuk memulai pendekatan yang terkait dengan upaya membuka rentang ”keterpisahan” yang mengarah pada terjaganya jarak emosi yang matang antara kakak dan adik yang sudah dewasa. Peluang terciptanya relasi sejajar antara kakak dan adik pun menjadi peluang yang diwarnai kebebasan bagi perkembangan personal (personal growth).

Hal yang lebih jauh lagi adalah kemungkinan bertumbuhnya pemahaman diri masing-masing pada diri Lani dan Kevin sebagai orang lain yang memiliki kemampuan menjadi seorang yang memiliki keahliannya terbaik bagi penyelesaian problema kehidupan pribadi masing- masing. Tugas Lani memang tetap memperlihatkan kepeduliannya terhadap kehidupan Kevin pribadi, sebagai adik kandungnya, sementara Lani mulai menghentikan diri untuk selalu berada dalam peran membantu memecahkan masalah pribadi Kevin melalui nasihat-nasihatnya.

Untuk itu, Lani bisa mengatakan kepada Kevin hal seperti berikut ini: ”Saya tahu bahwa saat ini saya tidak banyak menolong dirimu, tetapi saya hanya mau mendengarkan keluhanmu dan kondisimu serta membuatmu yakin bahwa saya adalah kakak yang akan tetap peduli terhadap dirimu karena bagaimanapun kamu adalah adik kandung saya.”

Mungkin saja sebagai upaya untuk mempererat hubungan persaudaraan dengan Kevin, Lani pada suatu saat mengundang Kevin untuk makan malam bersama suami dan anak-anak Lani. Dengan demikian, Lani mundur selangkah untuk membuat Kevin lebih berupaya keras berusaha menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya tanpa harus menolak Kevin secara emosional. Lani menghentikan cara lama dalam membantu Kevin, tetapi tetap mengekspresikan dukungan dan minat saat Kevin menghadapi kesulitan.

Mempertahankan Kedekatan

Mempertahankan kedekatan relasi emosi dalam perubahan dinamika interaksi memang tidak mudah, bisa saja Kevin marah dan menjauhkan diri dari Lani, demikian pula halnya dengan Lani. Hal ini disebabkan oleh ketidakyakinan masing-masing akan posisi barunya, baik pada pihak Kevin maupun Lani yang mengakibatkan rasa cemas bagi kedua belah pihak. Karena tadinya antara Lani dan Kevin cukup lama menduduki posisi yang bertentangan, Kevin sebagai orang yang lemah sementara Lani orang yang kuat di hadapan Kevin.

Untuk itu, bila suatu saat Kevin mulai menghubungi Lani untuk mengungkap kesulitannya, hendaknya mendengar baik-baik keluhan Kevin, untuk kemudian Lani pun, mengungkapkan kesulitannya di tempat kerjanya yang membuat dirinya pada saat ini pun terpuruk. Dalam kesempatan ini, kedua kakak beradik tersebut mencoba berbagai kesulitan yang akhirnya menciptakan relasi interaktif yang sejajar, artinya keduanya dalam posisi lemah, mulai bersama mencoba saling berbahu mengatasi problem bersama.

Cara tersebut akan melerai kemarahan akibat perubahan dinamika interaktif yang sedang berjalan. 
Keduanya pun mendapat kesempatan untuk meningkatkan peran sebagai orang yang paling ahli dalam menyelesaikan problem kehidupan mereka masing-masing dengan tetap menjalin relasi emosional yang hangat dan penuh kasih. Bagaimana dengan keadaan dinamika interaktif Anda dengan saudara sekandung Anda? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar