Rabu, 31 Juli 2013

Mencari Figur Pemimpin Bangsa

Mencari Figur Pemimpin Bangsa
Nicolaus Uskono  ;  Dosen Ukrida, Asekma Don Bosco, dan Perbanas Jakarta,
Wakil Sekjen DPP Perindo
          KORAN SINDO, 31 Juli 2013



Akhir-akhir ini wacana tentang figur pemimpin bangsa yang ideal menjadi hot topic dalam berbagai media, baik media cetak, televisi, maupun media online. 

Wacana tersebut mengkristal dalam satu pertanyaan klasik: siapakah calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang layak memimpin bangsa Indonesia lima tahun ke depan (2014-2019)? Dalam konteks tersebut, sejumlah lembaga survei “rajin” membuat survei yang hasilnya memunculkan elektabilitas sejumlah tokoh masyarakat sekaligus menjadi semacam cermin kelayakan tokoh-tokoh tersebut memimpin bangsa Indonesia lima tahun ke depan. 

Setiap lembaga survei tentu saja memiliki panduan, kriteria, dan tolok ukur tersendiri dalam melakukan survei. Para responden yang dipilih pun tentu saja memiliki kriteria dan tolok ukur tertentu dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan lembaga-lembaga survei. Pertanyaannya: apakah hasil survei sejumlah lembaga survei tersebut sudah cukup menjadi tolok ukur untuk menentukan siapa tokoh yang layak memimpin bangsa Indonesia lima tahun ke depan? 

Tentu saja tidak! Sebab pertanyaan yang diajukan lembaga survei tentu saja sangat sederhana dan tidak bisa secara komprehensif menyentuh esensi nilai-nilai kepemimpinan dalam tataran kepemimpinan presiden dan wakil presiden. Ada nilai-nilai lain yang lebih urgen yang secara inheren melekat dalam kualitas kepemimpinan calon presiden dan wakil presiden. Berkaitan dengan itu ada pendapat yang mengatakan, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang alchemist. 

Menurut Bill Torbert dkk dalam bukunya Action Inquiry (2004), pemimpin alchemist adalah pemimpin yang memiliki standar moralitas yang tinggi, berpartisipasi dalam transformasi pada aneka bidang kehidupan, serta menjadi simbol dan role model bagi banyak orang dalam behavior/perilaku. Dia juga dapat membangun komunikasi yang lebih menyapa dengan mereka yang dipimpinnya dan dengan publik, dapat mencapai target jangka pendek dan target jangka panjang. Ia juga mampu menciptakan momen-momen khusus/bersejarah dalam lembaga yang dipimpinnya. 

Seorang pemimpin alchemist juga harus menjadi motor perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya. Ia harus mampu membawa perubahan dalam organisasinya secara extra ordinary dan simultan dalam berbagai tingkatan. Ia menghapus tradisi dan kebudayaan lama yang menghambat proses perubahan menuju kesuksesan. 

Sistem dan kultur usang diganti dengan sistem dan kultur yang lebih sesuai kondisi aktual. Kecuali itu, ia melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan semua pihak untuk menghasilkan cara-cara kerja baru dengan dukungan pengetahuan baru.

Figur Pemimpin Bangsa Alchemist 

Seorang calon presiden dan wakil presiden haruslah seorang pemimpin alchemist. Untuk itu, calon presiden dan wakil presiden haruslah memenuhi beberapa kriteria pokok berikut: Pertama, harus memiliki moralitas yang tinggi. Artinya seorang calon presiden dan wakil presiden harus menjadi model bagi rakyat dalam berperilaku. 

Moralitas seorang pemimpin bangsa antara lain tercermin dari watak dan kepribadiannya yang tidak mempraktikkan pola kepemimpinan yang ber-KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Berkaitan dengan itu, seorang pemimpin bangsa harus rela dan ikhlas untuk menyingkirkan zona “kenyamanan” lama yang tidak produktif, dan bahkan berpotensi membuka peluang terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Kedua, seorang calon presiden dan wakil presiden harus menjadi motor perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya, seseorang yang mau mencalonkan diri menjadi presiden dan wakil presiden harus terbukti telah berpartisipasi dalam transformasi dalam aneka bidang pembangunan, terbukti melakukan perubahan secara extra ordinary dan simultan dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dengan begitu, jika ia terpilih kelak, ia akan menjadi penggerak perubahan, memberikan spirit perubahan tiada henti kepada rakyat untuk terus bekerja dan berusaha menciptakan kondisi bangsa dan negara menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ketiga, seorang calon presiden dan wakil presiden harus mampu membangun komunikasi yang lebih menyapa dengan rakyat. Artinya, pemimpin harus mampu mendengarkan dengan hati segala keluhan dan kebutuhan rakyatnya. Meminjam istilah Presiden Barack Obama, seorang calon kepala negara haruslah “listen to the people”. 

Keempat, seorang calon pemimpin bangsa harus memiliki visi pembangunan bangsa secara jelas, tegas, dan terintegrasi. Sekali lagi, meminjam istilah Obama, seorang pemimpin harus “provide an inspiring vision”. Selanjutnya ia mengomunikasikan visi tersebut dengan semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan sehingga mereka secara total dan utuh mampu memahami dan menerima visi tersebut dengan hati gembira dan tanpa beban. 

Ia juga mengomunikasikan visi tersebut kepada seluruh rakyat sehingga rakyat memahami dan selanjutnya mendukung implementasi visi tersebut dalam caranya masingmasing. Singkat kata, seorang calon presiden dan wakil presiden harus mampu menunjukkan kepada publik bahwa ia seorang pemimpin alchemist yang mampu membawa perubahan secara unik dan fenomenal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berani melakukan perubahan secara extra ordinary dan simultan dalam berbagai bidang kehidupan dan memperbaiki semua kejadian buruk masa lampau dalam lingkup berbangsa dan bernegara. 

Calon presiden dan wakil presiden harus tampil sebagai motor perubahan yang andal yang terus-menerus menggerakkan rakyat untuk bekerja dan berusaha menuju kehidupan yang lebih bermartabat. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar