Minggu, 29 September 2013

Potensi Ekonomi Kreatif Perempuan

Potensi Ekonomi Kreatif Perempuan
Ririn Handayani ;  Alumnus Pascasarjana Universitas Airlangga
KORAN JAKARTA, 28 September 2013


Keterlibatan perempuan sebagai salah satu penggerak utama ekonomi kreatif juga terlihat dari semakin banyaknya pelaku usaha EK dari kalangan perempuan seperti kuliner.
Seiring dengan perkembangan ekonomi kreatif (EK) global yang sangat pesat, perkembangan EK di Tanah Air juga terus menggeliat. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, EK mampu memberi kontribusi signifikan. Tidak hanya dalam bentuk sumbangan devisa terhadap PDB, namun juga penyerapan tenaga kerja serta memunculkan semangat entrepreneurship terutama di kalangan muda.

Kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian dapat dilihat pada lima indikator utama: produk domestik bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain. Kementerian perdagangan menyebut industri kreatif Indonesia pada 2006 menyumbang 104,4 triliun, atau rata-rata 4,75 persen terhadap PDB selama 2002-2006. Jumlah ini melebihi sumbangan sektor listrik, gas, dan air bersih. Selain itu, EK juga mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan 17,6 persen pada 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya 0,54 persen.

Subsektor EK dari 14 jadi 15 (kuliner). EK terdiri dari periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, dan pakaian (fashion). Kemudian, permainan interaktif (game), musik, seni pertunjukan, video, film, dan fotografi. Lalu penerbitan, percetakan, layanan komputer, piranti lunak, televisi-radio serta riset dan pengembangan. Penambahan subsektor kuliner membuat EK kian memainkan peran signifikan terhadap perekonomian nasional, terutama dalam menggerakkan sektor riil sekaligus sebagai ajang promosi kekayaan dan aset budaya ke seluruh penjuru dunia.

Prospek

Semakin banyak negara yang menjadikan EK sebagai salah satu pilar utama perekonomian seperti Inggris. Di negara yang menjadi pelopor pengembangan EK ini, industri kreatif tumbuh rata-rata 9 persen per tahun. Ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu yang hanya 2 persen - 3 persen. Sumbangan EK terhadap pendapatan nasional diperkirakan mencapai 8,2 persen atau 12,6 miliar dollar AS dan merupakan sumber kedua terbesar setelah sektor finansial.

Jumlah ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta migas. Sementara itu, di Korea Selatan, industri kreatif sejak tahun 2005 berhasil menyumbang pendapatan lebih besar dari sektor manufaktur. Di Singapura, industri kreatif menyumbang sekitar 5 persen terhadap PDB atau 5,2 miliar dollar AS.

Tak hanya di negara-negara maju, secara global industri kreatif di dunia tumbuh pesat. EK global saat ini diperkirakan tumbuh 5 persen per tahun. Fulus-nya berkembang dari 2,2 triliun dollar AS pada Januari 2000 menjadi 6,1 triliun dollar AS tahun 2020. Sejumlah negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup memukau seperti Filipina dan Meksiko mencatat persentase cukup tinggi dari sisi penyerapan tenaga kerja, lebih dari 11 persen.

Untuk Indonesia sendiri, kementerian perdagangan memprediksi EK secara umum dan industri kreatif khususnya diyakini akan menjadi primadona di Tanah Air karena dinilai hemat energi dan lebih berbasis pada kreativitas. Selanjutnya, lebih sedikit menggunakan sumber daya alam dan menjanjikan keuntungan lebih tinggi. Apalagi ditopang sumber daya manusia berlimpah.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 230 juta. Sekitar 43 persen di antaranya generasi muda (14-39 tahun). Ini merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk-produk industri kreatif. Apalagi, pertumbuhan pemakai perangkat teknologi informasi di Indonesia juga sangat besar. Pada tahun 2012, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 100 juta (mobile dekstop).

Sementara itu, pada tahun 2009, pengguna Facebook di Indonesia tumbuh sebanyak 1.536,7 persen sehingga menempatkan negeri ini sebagai negara ke-4 terbesar yang menggunakan Facebook setelah Amerika Serikat, Inggris, dan Turki dengan jumlah total pengguna 14.681.580. Selain Facebook, perkembangan Twitter di Indonesia juga cukup signifikan sebesar 2,34 persen atau menempati urutan ke-6 setelah AS, Inggris, Brasil, Kanada, dan Australia.

Selain potensi SDM dan dukungan perangkat teknologi informasi, prospek ekonomi kreatif Indonesia juga didukung besarnya kekayaan alam dan budaya yang menurut data World Economic Forum (WEF) berada pada peringkat 39 dari 139 negara. Indonesia tercatat memiliki 300 suku dan etnis, 27 persen dari 237 juta penduduknya berusia produktif.

Perempuan

Banyak subsektor EK yang sangat berdekatan dengan kehidupan perempuan, seperti pakaian, kerajinan dan periklanan. Tiga sektor yang acap kali menjadikan perempuan sebagai objek sekaligus segmen pasar yang utama. Tak mengherankan jika kemudian ketiganya menjadi sektor utama industri kreatif yang berkontribusi paling besar terhadap perekonomian nasional, yakni 30 persen untuk fashion, kerajinan 23 persen, dan periklanan 18 persen.

Keterlibatan perempuan memang tidak semata hanya sebagai objek sebagaimana sering dilihat dalam berbagai peragaan fashion dan iklan yang kemudian menjadikan mereka sebagai target pasar yang utama. Reposisi peran perempuan sebagai objek sekaligus subjek menunjukkan indikasi yang terus menguat.

Hal ini antara lain terlihat dari sejumlah subsektor lain yang semula banyak didominasi kaum laki-laki, kini juga dirambah perempuan seperti penerbitan. Semakin banyak perempuan yang berkecimpung di dunia penerbitan, tidak hanya dengan menerbitkan sejumlah karya, namun juga menjadikan bidang ini sebagai sebuah bisnis yang menjanjikan. Misalnya, mendirikan agen naskah yang menjembatani penulis dan penerbit.

Keterlibatan perempuan sebagai salah satu penggerak utama ekonomi kreatif juga terlihat dari semakin banyaknya pelaku usaha EK dari kalangan perempuan seperti kuliner. Mereka tidak hanya aktif menciptakan kreasi kuliner baru, tapi juga mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia hingga ke berbagai penjuru dunia baik melalui penjualan secara konvensional maupun online.

Jika diperhatikan, EK bisa dibilang merupakan sektor yang sangat ramah dan kondusif bagi perempuan. Tak hanya karena banyak subsektor ini yang sangat berkaitan dengan dunia wanita, namun esensi EK yang berintikan pada gagasan dan ide-ide memungkinkan perempuan terlibat aktif. Dia tetap bisa menjalankan peran lain yang menjadi tugas utamanya. Apalagi, dukungan teknologi informasi sudah sedemikian kondusifnya sehingga perempuan sebagai makhluk yang multitasking bisa menggabungkan kegiatan EK dengan lainnya seperti mengurus rumah tangga.

Jumlah yang sangat besar, kemampuan multitasking yang sudah teruji, juga kemampuan menghasilkan ide-ide dan gagasan kreatif yang tidak kalah dengan kaum laki-laki, merupakan salah satu aset bangsa yang sangat potensial dan strategis bagi pengembangan sektor EK yang lebih optimal. Sebagaimana proses pembangunan pada umumnya, pencapaian kesejahteraan dan kemajuan bangsa akan lebih optimal jika perempuan tidak hanya menjadi objek, namun sekaligus juga berperan aktif sebagai subjek.

Untuk mewujudkan harapan tadi, dibutuhkan sejumlah akselerator seperti sosialisasi dan edukasi yang intens tentang peluang perempuan mengembangkan potensinya di sektor EK. Mereka perlu membangun komunitas-komunitas perempuan yang bergerak di bidang EK. Pemerintah harus memberi dukungan nyata melalui kemudahan akses ke modal dan informasi untuk mengembangkan usaha mereka lebih optimal. Tak kalah penting, perlu juga dukungan promosi dan penyaluran produk ke berbagai pasar, baik dalam maupun luar negeri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar