Selasa, 29 Oktober 2013

Basa-Basi Bulan Bahasa

Basa-Basi Bulan Bahasa
Arbai   Pendidik, Alumni S2 MM UGM Yogyakarta, dan juga satu di antara Penulis Buku ‘Supervision From Control To Help’ (2012)
SINAR HARAPAN, 28 Oktober 2013

Penobatan bulan Oktober sebagai bulan bahasa merupakan wujud penghormatan ditetapkannya bahasa Indonesia oleh kaum muda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan.

Saat itu pemuda dari berbagai suku mulai dari Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, dan Jong-jong lainnya membentuk suatu identitas. Mereka mengucap sumpah yang kita kenal dengan sumpah pemuda yang bertekad sebagai satu kesatuan, bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.

Namun seiring bergulirnya waktu, beberapa tahun terakhir peringatan bulan bahasa tidak lagi menggema dan bahkan sangat menyakitkan banyak masyarakat di generasi saat ini yang tidak peduli dan mengetahui bulan Oktober sebagai bulan bahasa.

Beragam faktor membuat generasi sekarang lupa ingatan pada peringatan bulan bahasa. Pemerintah pun ikut andil, abai terhadap bahasa sebagai sebuah identitas. Sistem pendidikan juga ikut berperan, kreativitas dalam mengenalkan bahasa Indonesia agar bisa dicintai generasi sekarang. Ditambah lagi secara individu pun keinginan untuk tahu sejarah dan asal usul bahasa Indonesia juga tidak dimiliki mereka.

Pramoedya Ananta Toer pernah bertutur bagaimana mungkin seseorang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau dia tak mengenal sejarahnya. Jadi, bagaimana mungkin pula seseorang bisa mencintai bahasa Indonesia jika sejarahnya saja tidak pernah mereka tahu.

Sejarah panjang perjalanan bahasa Indonesia yang menjadikannya makin berkembang sangatlah berliku, misalnya jika kita melihat masa pergerakan nasional bermula tahun 1918, Ratu Belanda memberikan kebebasan kepada anggota dewan rakyat untuk menggunakan bahasa Melayu saat bersidang.

Lalu, pada kongres pemuda pertama penetapan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan mengalami perdebatan, yang akhirnya pada kongres pemuda kedua ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (Harimurti Kridalaksana “2 Mei Hari Jadi Bahasa Indonesia” Kompas, 2/5/ 2013).

Selanjutnya, tahun 1933 terbentuk Angkatan Pujangga Baru yang dipimpin Sutan Takdir Alisyahbana. Kemudian di Solo tahun 1938 diadakan Kongres Bahasa Indonesia pertama guna menentukan pegangan bagi pengguna bahasa, mengatur bahasa, serta menyebarluaskan bahasa Indonesia (Berdianti, 2008).
Pada awal kemerdekaan tepatnya tanggal 18 Agustus ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dinyatakan dalam UUD 1945 Bab XV, Pasal 36.

Disebutkan pula bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi dan peranan sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, bahasa resmi untuk kepentingan pemerintah, serta pengembang kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemudian pada kongres bahasa Indonesia kelima di Jakarta tahun 1988 diperkenalkanlah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun atas kerja sama dan koordinasi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hari-hari ini pun bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Hal yang paling membanggakan dan menjanjikan pada saat penerapan kurikulum 2013 yang menetapkan bahasa Indonesia terlahir kembali sebagai bahasa dalam dunia pendidikan dan juga sebagai pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesadaran

Kedudukan bahasa Indonesia amatlah tinggi dan strategis. Hal ini karena bahasa adalah sebagai alat pemersatu. Indonesia yang memiliki suku, adat istiadat, serta bahasa daerah yang beragam dapat disatukan dengan bahasa Indonesia. Sulit dibayangkan jika tidak ada bahasa pemersatu.

Judul tulisan ini “Basa-basi Bulan Bahasa” didasarkan atas rendahnya kesadaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada masyarakat Indonesia saat ini. Kaum muda, petinggi, serta pejabat negara pun harus dipertanyakan kecintaannya pada bahasa Indonesia.

Jika kita rajin mencatat, tidak sedikit para petinggi yang menggunakan bahasa asing dalam wawancara atau pun pidatonya, meskipun bahasa asing tersebut telah mempunyai padanan dalam bahasa Indonesia.
Dalam pengunaan bahasa Indonesia kita miskin keteladanan dan terjebak pada apa yang disebut Haryatmoko “logika mode,” yaitu mengarah kepada hal-hal yang spektakuler dan sarat sensasi. Logika mode memungkinkan pengingkaran terhadap masa lalu dan pemujaan terhadap sesuatu yang baru. Logika mode berpatokan pada sesuatu yang baru itu senantiasa indah (Antara, 11/09/2013).

Jadi, kita bisa mengatakan banyak dari masyarakat menjadi “korban” dari logika mode. Korban yang paling kentara dan mendapat olok-olokan adalah Vicky Prasetyo.

Melihat perkembangan bahasa Indonesia seperti ini harus ada upaya yang lebih intens agar timbul kesadaran masyarkat untuk terus mencintai, bergairah, dan senantiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Kemudian, dalam tataran kemampuan berpikir dan berkreasi posisi bahasa juga sangat strategis. Didasarkan pada teori kreativitas, bahasa merupakan titik awal kreativitas seorang bermula yang selalu berkorelasi dengan pemahaman masa lalu.

Jadi, tidak mengherankan orang Jerman yang terus maju dan mampu berpikir kreatif karena pemerintahnya tidak pernah lupa menjaga karya sastra dan bahasa Jerman melalui event Frankfurt Book Fair yang telah berusia 500 tahun yang dilaksanakan pada bulan Oktober setiap tahunnya.

Harusnya pihak yang berwenang dalam pengembangan bahasa Indonesia pun harus lebih fokus dan bersinergi dengan berbagai lembaga yang ada agar terus merangsang lahirnya kecintaan masyarakat pada bahasa Indonesia.

Misalnya membuat lomba mengarang, debat, atau event-event lainnya yang sifatnya menumbuhkan kesadaran berbahasa Indonesia. Hal-hal seperti ini akan mengetuk kesadaran baru masyarakat akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai sebuah identitas dan mampu melahirkan kreativitas.


Memajukan bahasa Indonesia tidak cukup sebatas wacana. Tapi, membutuhkan langkah konkret. Saya yakin jika semua pihak tergerak dan bersungguh-sungguh ingin memajukan bahasa Indonesia pasti akan terwujud, sehingga bahasa Indonesia pun akan terus berkembang sesuai tuntutan zaman. Semoga. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar