Senin, 30 Desember 2013

Bergantung pada Transformasi Ideologi



PROSPEK POLITIK 2014

Bergantung pada Transformasi Ideologi

Bambang Setiawan  ;   Wartawan Kompas
KOMPAS,  25 Oktober 2013
 


PERIODE 1999-2014 adalah rentang masa yang sangat dramatik bagi partai politik. Merupakan periode pasang naik dan surut yang berlangsung dengan cepat. Ke depan, politik akan ditentukan seberapa berhasil partai dinasti melakukan transformasi ideologi.

Pasca-jatuhnya kekuasaan Orde Baru yang dikuasai Golkar dan Soeharto pada tahun 1998, Pemilu 1999 diikuti 48 parpol dan dimenangi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan perolehan 33,7 persen suara. Hanya bertahan satu pemilu, suara PDI-P merosot drastis dengan hanya menyisakan setengah dukungan, menjadi 18,53 persen.

Dalam pemilu terakhir, 2009, PDI-P harus puas di urutan ke tiga setelah Demokrat dan Golkar. Setelah popularitas Megawati meredup dan kalah dalam dua kali pemilu presiden langsung, regenerasi kepemimpinan di tubuh PDI-P menjadi pertanyaan yang terus mengusik. Di satu sisi, generasi baru dari darah Soekarno belum cukup matang untuk mengambil alih kepemimpinan. Namun, di sisi lain belum ada figur di luar dinasti yang sangat kuat mewakili gambaran ideologi partai sekaligus bisa diterima sebagai simbol ikatan.

Pada saat yang sama, Partai Golkar yang ditinggalkan Soeharto tiba-tiba menjadi ”partai subsisten”, yang harus bertahan sedapatnya, tanpa tokoh panutan dan fasilitas kekuasaan. Golkar yang berjaya sejak Pemilu 1971-1997, dalam Pemilu 1999 langsung anjlok di posisi kedua dengan 22,4 persen, dan di pemilu berikutnya turun sedikit meskipun bercokol sebagai pemuncak perolehan, lalu menukik tajam pada Pemilu 2009 menjadi 14,45 persen.

Upaya menahan kemerosotan dengan melakukan konvensi calon presiden dari Golkar cukup berhasil pada Pemilu 2004. Namun, tanpa memiliki tokoh yang kuat popularitasnya, Golkar tampaknya hanya akan menjadi ”partai sejarah”. 

Penetrasi yang demikian kuat pada masa kekuasaan Orde Baru masih menyisakan kesetiaan masyarakat kepada partai berlambang beringin ini, tetapi sulit mengubah keberuntungan lebih jauh dari posisi partai papan menengah.

Masuknya Partai Demokrat pada Pemilu 2004 cukup menggoyang partai-partai nasionalis papan atas. Langsung masuk ke papan tengah, Partai Demokrat menjadi harapan baru. Sinarnya makin cemerlang setelah dalam pemilu presiden mampu memenangkan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Terseret oleh popularitas SBY yang terus menanjak, Partai Demokrat melaju dan memenangkan Pemilu 2009 dengan 20,81 persen suara, menggeser dominasi Golkar dan PDI-P. Namun, kekuatan Demokrat yang gemilang mulai menyusut sejak kasus Century berembus kencang. Sejumlah kasus korupsi yang diduga melibatkan kadernya mengganjal partai pemerintah ini. Setelah Angelina Sondakh dipenjara, prahara memuncak dengan mundurnya dua elite partai, Andi Mallarangeng dari jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga dan Anas Urbaningrum dari Ketua Umum Partai Demokrat.

Kepercayaan masyarakat terhadap Partai Demokrat pun anjlok, sebagaimana terlihat dalam hasil survei Kompas (lihat Grafik). Sebagai ”partai personal”, kemerosotan Demokrat betul-betul bertopang pada SBY. Melemparkan dan membagi kekuatan ke dalam konvensi pada ujungnya akan membuat partai berada dalam posisi dilematis. Melakukan transfer kesetiaan akan menjadi pilihan menyedihkan yang dihadapi Demokrat pada pemilu mendatang.

Di tengah kebimbangan pemilih, Partai Gerindra dengan sosok Prabowo Subianto terlihat cukup menjanjikan. Paduan antara gambaran sosok tegas dan berani, yang dibutuhkan saat ini, dengan gerak partai yang terlihat dinamis, menjadikan Gerindra makin populer di mata publik.

Dengan kecepatan dukungan yang diraihnya, dapat dipastikan Gerindra akan masuk ke partai papan menengah dalam pemilu mendatang dan mengubah konstelasi partai di kelas itu. Jika Demokrat dapat cukup tertahan dari kemerosotan lebih jauh, papan menengah akan diisi oleh Gerindra, Golkar, dan Demokrat.

Partai-partai Islam

Di dalam tubuh partai-partai Islam juga terjadi pergeseran kekuatan. Meredupnya popularitas dan peran tokoh partai, seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Amien Rais, cukup berpengaruh pada dukungan terhadap partai-partai Islam. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tanpa Gus Dur terbukti menjadi partai yang tidak bergigi. Peralihan kepemimpinan di tubuh Partai Amanat Nasional (PAN) juga tidak membawa angin segar yang dapat mempertahankan kemerosotan perolehan suara.

Di tengah sejumlah kekuatan partai-partai berbasis massa Islam, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sesungguhnya telah mampu memberi warna baru dan muncul sebagai partai kader yang cemerlang menggalang dukungan di perkotaan. Ketika popularitas tokoh-tokoh partai Islam lain merosot, PKS merangsek ke papan menengah dan menjadi satu-satunya partai Islam terkuat pada Pemilu 2009.

Akan tetapi, setahun menjelang Pemilu 2014, prahara betul-betul mengguncang citra PKS setelah presiden partainya, Luthfi Hasan Ishaaq, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan suap impor daging sapi. Keterkaitan Ahmad Fathanah dalam kasus ini menjadikan PKS menghadapi masalah hukum dan moralitas sekaligus.

Hasil survei Kompas menunjukkan merosotnya dukungan terhadap partai ini. Dengan melemahnya PKS dan tiadanya tokoh partai-partai Islam lainnya yang mampu mendongkrak suara, ada kemungkinan partai beraliran agama semakin ditinggalkan atau jatuh ke papan bawah pada pemilu mendatang.

PDI-P dan Jokowi

Satu-satunya partai sejarah, yang mampu bangkit lagi setelah tidur cukup lama, hanya PDI-P. Dan, tampaknya pemilu mendatang akan menjadi milik partai yang nyaris menjadi partai dinasti ini. Kemampuan partai ini untuk melakukan transformasi ideologi dan melonggarkan sekat dinasti mulai terlihat ketika Jokowi diminta membacakan teks ”Dedication of Life” dalam Rakernas PDI-P di Ancol, September lalu. Lebih dari sekadar simbol alih generasi, itulah momen penting di mana keterikatan primordial disubstitusikan ke dalam keterikatan ideologi.

Jokowi sekarang adalah simbol yang mampu menyatukan berbagai kepentingan di dalam tubuh partai berlambang banteng itu sehingga mustahil tidak dimajukan sebagai calon presiden dalam pemilu mendatang. Dan, seandainya diajukan oleh PDI-P, besar kemungkinan Gubernur Jakarta yang sangat populer di mata masyarakat ini akan menjadi presiden.

Semakin lekatnya citra Jokowi dengan PDI-P membuat hubungan antara keduanya berkorelasi positif. Semakin tinggi popularitas Jokowi, semakin tinggi perolehan suara partai ini. Dalam hal ini, tampaknya Jokowi lebih sebagai faktor penentu naiknya dukungan terhadap partai. Jika PDI-P mampu menangkap dan mengelola dengan baik situasi ini hingga pemilu legislatif, sangat mungkin PDI-P akan menjadi partai pemenang dengan perolehan yang jauh melampaui pesaingnya.

Setelah menang pemilu legislatif, penentu politik Indonesia sesungguhnya akan berada di tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Berubah atau stagnasi, akan sangat bergantung pada seberapa jauh Megawati menakar kepentingan pribadinya dalam ruang politik praktis, dalam kontinum antara ideologi dan dinasti. ●

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus