Kamis, 26 Juni 2014

Prospek Industri Kosmetik dan Pasar Bebas ASEAN

Prospek Industri Kosmetik dan Pasar Bebas ASEAN

Bryan Tilaar  ;  Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO)
KORAN SINDO, 24 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Prospek industri kosmetik di masa depan cukup baik. Kalau kita lihat industrinya tumbuh rata-rata 7–9% per tahun. Hal itu seiring perkembangan gaya hidup konsumen Indonesia dan dunia. Produknya juga semakin beragam, mulai dari hair care, skin care hingga herbal.

Penggunanya bukan lagi hanya perempuan. Pria pun sekarang lebih intens menggunakan produk-produk kosmetik. Misalkan produk perawatan untuk kulit, rambut, dan tubuh. Tapi kalau make up masih sangat jarang, bahkan khusus di Indonesia, saya belum pernah melihat. Penyebab lain, sebagian besar masyarakat memiliki kesan negatif terhadap metroseksual. Kenapa begitu? Memang butuh waktu. Pria metroseksual menaruh perhatian lebih pada penampilan. Cenderung memiliki kepekaan mode dan memilih pakaian berkualitas atau bermerek serta memiliki kebiasaan merawat diri atau grooming.

Salah satu tokoh dunia yang kerap diidentikkan dengan metroseksual itu adalah David Beckham. Jadi kalau ada yang mengatakan ini industri yang dying, itu tidak benar. Justru ini industri yang mempunyai prospek ke depan. Persaingan antara pemain lokal, produk impor dan investasi asing akan sangat ketat. Ini menunjukkan industri kosmetik sangat diminati. Dalam menghadapi pasar bebas ASEAN, perusahaan-perusahaan kosmetik sudah sangat siap. Mulai dengan memodernisasi mesin hingga meningkatkan kualitas talenta sumber daya manusia dan strategi bisnis.

Apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini merupakan sebuah keniscayaan. Di manamana kalau mau maju tidak bisa hidup sendiri, tapi harus hidup dengan sekitarnya. Otomatis asing bisa masuk ke Indonesia, tapi Indonesia juga bisa ke luar negeri. Jadi begitu yang terjadi. Pengamatan saya, perusahaan kosmetik berskala besar sudah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN karena mereka bukan pemain baru. Tapi memang perusahaan kosmetik berskala UKM masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, di antaranya mengembangkan jaringan, pemasaran, dan masalah internal.

Tapi kembali lagi, sebagai pebisnis, saya melihat kalau semangat ada, kemauan untuk belajar ada, pasti bisa. Pelaku usaha harus seperti itu. Apalagi di masa mendatang akan menghadapi persaingan yang semakin dahsyat. Agar semakin besar, modal usaha harus terus ditingkatkan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperkuat sisi itu. Di antaranya pinjaman bank, melepas saham ke publik (initial public offering/IPO), mengundang investor yang sesuai dengan visi, misi, dan kultur perusahaan. Strategi ini bisa berdampak positif bagi perusahaan.

Khususnya dalam menjaga kepercayaan investor, bank, dan institusi keuangan lain. Jadi salah satu tantangan ke depan adalah harus menjaga dan meningkatkan kepercayaan. Tantangan lain, mengubah mindset konsumen agar lebih banyak mengonsumsi produk dalam negeri. Pada saat ini, produk impor masih disukai pasar. Sesuatu yang berasal dari Barat dan negara-negara Asia yang jauh lebih maju dianggap sangat advance. PadahalproduklokalIndonesia tidak kalah kualitasnya. Ini pekerjaan rumah kita untuk menjelaskan bahwa produk dalam negeri tidak kalah dari luar negeri.

Tentunya di sisi lain, produk lokal juga harus membuktikan bahwa pilihan masyarakat memang tidak salah. Kalau upaya industri mengubah mindset konsumen Indonesia jelas ada. PT Martina Berto Tbk telah lama melakukannya. Di antaranya dengan mengeluarkan produk yang inovatif dan diminati konsumen. Tapi ini memang membutuhkan waktu dan harus dilakukan bersama-sama. Misalnya Martha Tilaar Shop. Ini sebenarnya tidak kalah dengan ritel-ritel kosmetik asing yang lain. Kita ada Indonesia touch yang bagus, inovasi, dan modernisasi.

Martha Tilaar Shop sudah diterima konsumen lokal Indonesia, terbukti dengan pertumbuhan bisnisnya tiap tahun di atas 15%. Tentunya kita juga berharap peran dari lembaga negara dalam rangka memberikan intensif atas kreativitas-kreativitas perekonomian. Itu harus digenjot terus ke depan. Bentuknya bisa berupa insentif pajak dan sebagainya. Itulah yang menyebabkan saya optimistis dengan Indonesia. Apalagi pemilu legislatif telah dilalui dan semuanya berjalan baik. Nanti pemilihan umum presiden juga saya yakini akan berjalan baik.

Siapa pun yang menang dan kalah, saya meyakini akan sangat bersahabat dengan pasar. Kalau sekarang ada selisih pendapat antarpendukung, ini merupakan pembelajaran positif di Indonesia. Kalau di negara maju, nantinya pihak yang menang dan kalah akan bersama lagi. Selisih pendapat itu biasa. Namanya juga bertanding, ada pendukung A, B, dan C. Tapi setelah itu bersama-sama lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar