Sabtu, 28 Juni 2014

Solusi Pendidikan Vokasi

Solusi Pendidikan Vokasi

Agus Triyono  ;   Dosen Vokasi Program Studi Broadcasting
Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang
SUARA MERDEKA, 25 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Sebentar lagi kita menyambut ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Bagi berbagai kalangan, termasuk negara berkembang seperti Indonesia, hal itu menjadi peluang sekaligus tantangan. Kompetisi bakal makin sengit, uji strategi, kemampuan dan pertarungan di lapangan akan memiliki dinamika yang sangat kompleks.

Sudah siapkah kita? Di sektor tenaga kerja, tentu kualitas SDM harus mampu bersaing dan siap bersanding dengan tenaga-tenaga terampil dari berbagai penjuru belahan wilayah, khususnya dari kawasan ASEAN. Sebagai sebuah negara besar, mau tidak mau, siap atau tidak siap harus mampu menunjukkan jati diri dalam menyongsong AFTA dan AEC 2015.

Banyak kalangan menilai bahwa program diploma atau vokasi masih dipahami dan dipandang sebelah mata. Sementara, program sarjana dinilai lebih komplet karena memiliki embel-embel gelar. Padahal kalau dicermati, program vokasi juga memiliki hingga diploma empat (D-4) dan itu setara dengan sarjana. Program vokasi merupakan program diploma yang dirancang untuk mengembangkan keahlian, keterampilan, kemampuan, pemahaman, dan tingkah laku yang diperlukan dalam dunia kerja.

Program ini didesain sebagai sebuah jalur yang bisa mengakses langsung dunia kerja. Program ini justru siap memasuki dunia kerja telah dibekali berbagai kemampuan praktis. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Sikdiknas menyebutkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan.

Pendidikan vokasi bahkan dapat dikembangkan sampai program magister terapan atau doktor terapan. Bagi dunia industri kebutuhan akan tenaga vokasional menjadi solusi dalam pengadaan tenaga kerja siap pakai. Beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Australia, cenderung memberikan porsi sangat besar bagi pemilih pendidikan vokasional dibanding pendidikan akademis reguler.

Berbasis Kompetensi

Lantas bagaimana di negeri kita? Tentu menjadi pekerjaan yang tidah mudah. Di kalangan industri, pendidikan vokasi sangatlah mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Kebutuhan akan tenaga kerja dari lulusan pendidikan vokasi menjadi alternatif namun pasti.

Ini artinya, lulusan pendidikan vokasi memiliki peluang sangat besar dalam berkarya di berbagai institusi. Keberhasilan pendidikan vokasi, selain menyangkut keterampilan yang dimiliki, juga didukung dosen/pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan dalam bidangnya. Menyusun kurikulum yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan pasar, menjadi keharusan.

Kurikulum pendidikan vokasi lazimnya berbasis kompetensi yang sangat berkait aspek keterampilan dan penguasaan teknologi. Penguasaan secara komprehensif yang menunjang pada sebuah program studi untuk menuju profesionalisme pada bidangnya masing-masing menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, pergeseran penguasaan kognisi (pengetahuan) atau dominasi kognitif menuju penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan program studi masing-masing menjadi salah satu target .

Selain itu, pangsa pasar dan keterlibatan dunia usaha dan dunia industri diharapkan memberikan umpan balik terhadap kompetensi dan standardisasi kemampuan lulusan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi harus sangat erat dengan proses industrialisasi, khususnya berkait fungsi dan perannya memenuhi tenaga kerja terampil dan berkonsentrasi pada pembangunan teknologi maupun rekayasa. Porsi yang besar dalam kegiatan praktik, baik praktikum di laboratorium, studio, lapangan, bengkel kerja, maupun tempat praktik lain sebagai kebutuhan wajib yang harus dipenuhi.

Perbandingan kegiatan praktik dan teori dalam pendidikan vokasi secara umum adalah 60-40 persen.Tetapi, perbandingan itu dalam beberapa situasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar