Sabtu, 26 Juli 2014

Komitmen Jaga Stabilitas Harga

                               Komitmen Jaga Stabilitas Harga

Damin Hartono R  ;   Kadivre Perum Bulog Jateng,
Pemerhati Masalah Pangan dan Pertanian
SUARA MERDEKA, 25 Juli 2014
                                                


"Ke depan perlu ada komitmen menjaga koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak-pihak terkait"

MENJELANG Ramadan, dan terutama mendekati Lebaran, selalu terjadi gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat. Realitas itu dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat berkait Idul Fitri. Kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat kadang bukan disebabkan tidak tersedianya pasokan melainkan bisa jadi karena ulah spekulan. Pemburu rente tersebut menimbun komoditas kebutuhan pokok masyarakat supaya bisa mengeruk sebesar-besarnya keuntungan.

Mencermati yang terjadi akhir-akhir ini, publik bisa melihat ada yang berbeda dari Ramadan dan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, kendati hampir mendekati Lebaran, tidak terjadi lonjakan harga-harga seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalaupun ada, angkanya tidak signifikan, dalam arti tak ada lonjakan harga yang terlalu tinggi untuk sejumlah bahan pangan yang biasa dikonsumsi masyarakat. Sebut saja harga komoditas seperti beras, gula pasir, minyak goreng, daging ayam, daging sapi, hingga bumbu, yang hingga mendekati Lebaran masih terkendali dan cukup stabil. Bila ada kenaikan harga, itu masih dalam batas wajar sehingga tetap membuat masyarakat tenang menjalankan ibadah pada bulan suci. Lalu, sebenarnya fenomena apa ini? Semua itu tidak terlepas dari hukum permintaan dan penawaran.

Fenomena yang terjadi sekarang dipengaruhi oleh beberapa faktor pengendali, yakni pemerintah dan sejumlah pihak sudah merencanakan jauh-jauh hari. Mereka mengamankan pasokan pangan dan kebutuhan pokok masyarakat sehingga tidak terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi berkait momen Hari Raya. Terlebih, semua pihak rupanya menghayati 2014 adalah tahun politik. Jadi penjabarannya, supaya tak menambah persoalan, apalagi menimbulkan konflik maka persediaan dan keterjangkauan pangan diamankan dan diinformasikan jauh-jauh hari. Berbagai rencana mengamankan harga dan pasokan ketersediaan pangan pun sudah dijalankan sekarang, semisal menggelar pasar murah atau operasi pasar pada Ramadan hingga menjelang Lebaran.

Dengan aksi tersebut, secara otomatis spekulan tak berani menimbun stok bahan pangan. Perum Bulog, sebagai penyedia bahan pangan masyarakat di antaranya beras, gula pasir, minyak, hingga daging sapi pun berperan aktif mengendalikan harga jauh-jauh hari dengan membuka outlet di seluruh kantor dan gudang. Hasilnya, bisa kita nikmati sekarang, yakni tak terjadi lonjakan harga tinggi sebagaimana umumnya Ramadan, apalagi menjelang Lebaran. Perum Bulog Divre Jateng, berkait momen itu atas permintaan pemda mempercepat penyaluran beras untuk warga miskin (raskin) pada bulan Juli, untuk dua alokasi Juli-Agustus. Kebijakan itu membuat warga yang kurang mampu tercukupi pasokan bahan pangan pokoknya dalam menghadapi Lebaran. Ketercukupan warga kurang mampu akan kebutuhannya secara otomatis meminimalisasi pengeluaran anggaran untuk membeli beras. Stok Cukup Faktor lain sebagai pendukung kestabilan harga pangan pada Ramadan dan Lebaran kali ini adalah bersamaannya dengan musim panen.

Panen dalam konteks ini bukanlah panen raya serentak di seluruh daerah melainkan secara sporadis, lumintu atau terus-menerus sepanjang tahun. Kendati kemarau tahun ini diperkirakan disertai gejala El Nino, kondisi cuaca basah sangat mendukung untuk mencukupi kebutuhan beras bagi masyarakat. Begitu pun produksi gula, yang saat ini bertepatan dengan musim giling sehingga produksi dan pasokan sangat terjamin guna mencukupi kebutuhan masyarakat. Karena itu, masyarakat perlu bersyukur mengingat mereka menyambut Idul Fitri bersamaan dengan musim panen. Harga beras premium super jenis C4 yang umumnya dikonsumsi masyarakat, pada awal Juni sebelum Ramadan Rp 8.000/kg. Saat ini, setelah memasuki akhir Ramadan bahkan mendekati Lebaran, masih terkendali pada kisaran harga Rp 8.500/kg, yang berarti terjadi kenaikan ’’hanya’’Rp 500. Perum Bulog Divre Jateng mencatat stok raskin atau beras medium masih mencukupi hingga 9 bulan ke depan sampai panen tahun 2015. Saat ini, stok di gudang Bulog tersedia 318 ribu ton, dari pengadaan selama semester I tahun 2014 sebesar 342 ribu ton. Adapun beras yang sudah disalurkan 343 ribu ton, sedangkan penyaluran tiap bulan 37.232 ton untuk dibagikan kepada 2.482.157 rumah tangga sasaran (RTS), dan tiap rumah tangga mendapat jatah 15 kg/bulan. Sementara untuk beras premium, stok per bulan 75 ton hingga 100 ton, sementara 1.000 ton stok gula pasir tersimpan di gudang Bulog se-Jateng. Supaya fenomena harga stabil dan terkendali pada Ramadan dan Lebaran bisa kembali dinikmati oleh masyarakat pada tahun-tahun mendatang, ke depan perlu ada komitmen untuk menjaga koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak-pihak terkait.

Selain itu, meningkatkan pemantauan rutin oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), dan pemda pun diharapkan merencanakan sedini mungkin program-program, seperti ketersedian, keterjangkauan, kelancaran, dan terinformasikannya masalah pangan. Yang tak kalah penting adalah memfasilitasi dan memperluas operasi pasar dan pasar murah untuk masyarakat. Bahkan percepatan penyaluran raskin pada hari-hari besar keagamaan seperti sekarang ini harus kembali dilaksanakan pada tahun-tahun depan. Aksi nyata di lapangan dan koordinasi yang baik sesuai kewenangan masing-masing akan membuat spekulan tidak bisa bergerak. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar