Jumat, 29 Agustus 2014

Niat Tulus Mengakhiri Perang Gaza

Niat Tulus Mengakhiri Perang Gaza

Chusnan Maghribi  ;   Alumnus Hubungan Internasional FISIP
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
SUARA MERDEKA, 28 Agustus 2014
                                                


"Masalahnya, bagaimana supaya gencatan senjata di Gaza tak hanya berlangsung sementara tapi permanen"

DUA kali gencatan senjata terbatas antara kelompok-kelompok perlawanan bersenjata Palestina di Jalur Gaza (Hamas dan Jihad Islami) dan militer Israel, sudah berantakan. Gencatan senjata terbatas pertama selama tiga hari awal Agustus lalu berhasil diperbarui melalui negosiasi tak langsung yang sangat alot dan membuahkan kesepakatan gencatan senjata terbatas kedua selama 5 hari (13-18 Agustus 2014).

Keberakhiran gencatan senjata kedua itu dimanfaatkan oleh kedua pihak yang berkonflik (Hamas plus Jihad Islami di satu sisi dan Israel di sisi lain) untuk kembali berperang. Dua kelompok perlawanan utama di Gaza (Hamas dan Jihad Islami) meluncurkan roket-roket Al-Qossam ke sejumlah wilayah Israel, sementara militer Israel melancarkan serangan udara membabi-buta ke wilayah-wilayah Gaza.

Gempuran udara Israel setelah gencatan senjata 5 hari, menewaskan puluhan warga Gaza, termasuk  tiga komandan Hamas: Mohammed Al-Shammala, Read Al-Attar, dan Mohammed Barthoum (SM, 22/8/14). Perdana Menteri (PM) Benjamin ”Bibi” Netanyahu menganggap terbunuhnya tiga komandan Hamas itu sebagai kesuksesan besar ofensif militer Israel di Gaza.

Netanyahu mengatakan kesuksesan itu dicapai berkat militer Israel mengubah taktik, yaitu dari strategi serangan udara dan darat sekaligus ke serangan darat yang didukung aksi spionase warga lokal (penduduk Gaza). Seiring dengan pernyataan Netanyahu, kelompok perlawanan Hamas mengeksekusi 18 warga Gaza yang diduga kuat menjadi mata-mata militer Israel (SM, 23/8/14).

Eksekusi massal itu tentu menunjukkan kegeraman Hamas yang membuncah. Maklum, tiga komandan Hamas yang tewas tadi disebut-sebut punya andil besar bagi pencapaian kemajuan kekuatan tempur Hamas sekarang. Kematian tiga komandan Hamas tersebut bisa dikatakan sebagai pukulan telak.

Kembali Berunding  

Maka masuk akal bila Presiden Palestina Mahoud Abbas kemudian mendesak kedua belah pihak yang berperang supaya kembali bersedia berunding guna mengakhiri Perang Gaza yang sudah berlangsung hampir dua bulan. Pertimbangan Abbas mendesak para pihak berkonflik untuk mengakhiri perang itu tentu bukan hanya karena kematian tiga komandan Hamas tadi.

Pertimbangan itu juga mendasarkan pada banyaknya warga Gaza yang menemui ajal ataupun terluka sejak militer Negeri Zionis mengagresi Jalur Gaza pada 8 Juli 2014. Kementerian Kesehatan Palestina merilis data korban tewas warga Gaza tercatat 2.098 orang dan 10.540 lainnya luka-luka (SM, 24/08/14). Andai Perang Gaza berkepanjangan, pastilah jumlah korban tewas dan luka warga Gaza makin bertambah.

Di luar itu, kerusakan infrastruktur di Gaza bisa makin destruktif, meluas, dan masif, sehingga rekonstruksinya dapat menelan biaya sangat banyak. Pemerintahan Persatuan Palestina pimpinan Presiden Abbas di Tepi Barat awal Agustus lalu mengestimasi biaya rekonstruksi awal Gaza mencapai 6 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 70,8 triliun.

Pertanyaannya, mungkinkah kedua belah pihak yang bertikai mau mengakhiri perang yang tengah berlangsung ini? Dalam ilmu sosial berlaku rumus ”tak ada yang tidak mungkin”, semua serbamungkin. Apalagi dalam konteks Perang Gaza antara kelompok-kelompok perlawanan Palestina di Gaza dan pasukan Israel sudah berlangsung tiga kali (termasuk sekarang), dan dua terdahulu dapat diakhiri dengan gencatan senjata.

Maka, berkait perang kali ini pun terbuka peluang untuk bisa diakhiri dengan gencatan senjata pula. Masalahnya, bagaimana supaya gencatan senjata yang mesti dijalani Hamas plus Jihad Islami dan militer Israel tak hanya berlangsung sementara tapi permanen supaya ke depan tidak pecah perang lagi?

Inilah tantangan yang memang mesti dijalani sekaligus dilalui dengan baik oleh pihak mana pun yang berniat serius dan tulus menengahi perang, antara Hamas bersama Jihad Islami di satu pihak dan pemerintah Israel di lain pihak. Semua itu demi tercipta gencatan senjata permanen guna mengakhiri perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar