Senin, 29 Desember 2014

Doa-Doa Kita

Doa-Doa Kita

Toeti Prahas Adhitama  ;   Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA,  26 Desember 2014

                                                                                                                       


ORANG beragama umumnya berkeyakinan semua doa yang dipanjatkan akan didengar-Nya. Yang Mahakuasa mungkin beranggapan bila umatnya sungguhsungguh berdoa, segenap permintaan akan dikabulkan. Paling tidak, itulah keyakinan kita sebagai manusia.

Akan tetapi, menurut pengalaman, terungkap bahwa ada kalanya betapa gigih dan khusyuknya berdoa, kita merasa doa-doa itu tidak pernah sampai atau didengar yang berkuasa. Misalnya, doa agar orangtua yang menderita sakit cepat dibebaskan dari derita, ada kalanya tidak didengarkan; atau tidak pernah terjawab. Sebaliknya, orangtua itu harus lama menderita sebelum akhirnya tercabut nyawanya. Begitu pula doa orang-orang yang menderita kemiskinan agar dibebaskan dari derita itu, sepertinya tak kunjung dijawab. Malahan, kemiskinan itu agaknya menjadi penderitaan turunmenurun sampai beberapa generasi. Akan tetapi, apakah karena itu lalu kita melepaskan keyakinan kepada yang Esa? Apakah karena itu kita berhenti berdoa? Rasanya tidak. Yang hari ini gagal, esok kita ulang lagi; masih dengan harapan, suatu kali Maha Esa akan menghiraukannya.

Barangkali yang bisa kita pertimbangkan, yakni menjelang penutup tahun ini. Mungkin aksi jutaan umat yang bersama-sama memanjatkan doa untuk keselamatan negara ini akan didengar-Nya. Itu harapan kita. Sebaiknya, kita renungkan keinginan ini, didasari hasrat suci, dan jiwa yang murni. Mungkin saja kali ini permintaan kita demi kesejahteraan bersama akan terkabul. Semoga kita diridai. Sebagai manusia biasa, sebaiknya kita berserah diri; menyerahkan jiwa dan raga kita dengan kepasrahan total. Siapa tahu, kali ini suara kita didengar-Nya. Meskipun hanya sayup-sayup sampai, bila dipanjatkan jutaan umat, bisikan itu pun mudah-mudahan akan terdengar gemuruh.

Ada buku tulisan Bill Hybels berjudul ‘Too busy not to pray’ yang banyak mengupas pemanjatan doa. Dalam buku itu digambarkan bagaimana nasib doa-doa yang kita panjatkan. Menurut penulisya, kalau doa itu tidak pantas, Tuhan menjawab ‘no’. Kalau waktunya keliru, beliau menjawab ‘slow’. Kalau yang berdoa bersalah, Tuhan akan menjawab ‘grow’. Namun, bila doa itu benar, pantas, dan waktunya tepat, serta tujuannya luhur, Tuhan menjawab ‘go.

Sebagai manusia, kita harus mengakui ada kalanya memanjatkan doa yang kurang pantas, antara lain, menginginkan milik orang lain; apa pun yang diinginkan itu, yakni bisa jabatan, harta benda, atau bahkan manusia. Untuk doa memohon yang tidak pantas itu, menurut penulis, bisa saja Tuhan menjawab ‘tidak’. Tuhan Mahapengasih, penyayang, dan adil. Banyak sisi dipertimbangkan. Kepentingan sepihak diabaikan. Egosentrisme dihapuskan. 
Bila ada rasa empati, Tuhan akan memberi tanggapan lain. Sebagai manusia, kita sebaiknya mendengar-Nya; bukan bersikukuh mempertahankan keinginannya. Tuhan tidak akan meridai.

Namun, ada doa-doa yang pantas dan wajar, tetapi terkesan doa-doa itu tidak kunjung didengar-Nya. Mungkin waktunya tidak tepat, belum waktunya, serta masih memerlukan waktu untuk mengum pulkan kemampuan dan pengalaman. 

Doa yang dipanjatkan itu mungkin tidak salah. Apalagi, sang pendoa yang muda itu rajin, tekun, pekerja keras, dan baik hati. Yang mungkin kurang, yakni pengalamannya. Kalau sukses itu dipercepat, mungkin saja malahan menimbulkan malapetaka. Itu bisa saja karena ketidaksiapan mental dan pribadi. Jawaban Tuhan ‘slow’; belum saatnya dikabulkan. Jawaban ‘grow’ akan diberikan untuk menanggapi doa yang tidak pantas dan tidak terpuji.

Menurut penulis, di antara ribuan doa, banyak sekali yang tidak terpuji. Si pendoa itu pun dalam lubuk hatinya tahu sisi negatif itu sudah melenceng dari koridor kepatutan. Akan tetapi, karena keinginan yang menggebu jadi dipaksakannya. Tuhan hanya memintanya bersikap dewasa, ‘grow’. Namun, bila akhirnya kita me ninggalkan ketidakpantasan itu karena menyadarinya, apa kemungkinan jawaban Tuhan? Ingat lagu ‘Aku dekat, Engkau dekat’. Kita perlu meyakini Tuhan beserta kita.

Banyak kejadian dalam hidup ini, keajaiban sering terjadi. Doa-doa yang kita panjatkan memperoleh jawaban yang membesarkan hati. Kita lega, seakan semua pintu menjadi terbuka untuk kita. Doa-doa itu terkabul karena dipanjatkan ketika hati nurani bersih dan tidak akan merugikan orang lain. Harapan kita menjelang tahun baru, semoga tumbuh kesadaran kita bersama, yakni hanya Yang Esa yang bisa menentukan murni tidaknya kemauan kita. Hanya Beliau yang memutuskan apakah doa yang kita panjatkan patut dijawab, ditolak, atau diabaikan. Namun, kita tahu keajaib an sering dianugerahkan Yang Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar