Kamis, 25 Desember 2014

Kurtilas Menurut Kacamata Guru SD

Kurtilas Menurut Kacamata Guru SD

Qaimah Umar  ;  Guru pada SDN Harapan Baru IV Bekasi
MEDIA INDONESIA,  22 Desember 2014

                                                                                                                       


AKHIRNYA Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Bapak Anies Baswedan menghentikan sementara implementasi Kurikulum 2013. Sontak beberapa teman saya ada yang gembira, ada juga yang patah semangat, karena penghentian sementara berlaku pada sekolah kami yang baru satu semester mengimplementasikan Kurikulum 2013 (Kurtilas). Saya dan beberapa teman lainnya ialah termasuk orang yang kecewa, karena semangat untuk melakukan perubahan cara mengajar dan menilai siswa yang sedang menuju ke arah perubahan.

Beberapa hari setelah pengumuman penghentian oleh Kemendikbud, muncul juga suara dan kebijakan berbeda dari pemerintah daerah. Para pengawas juga tak sedikit yang kebingungan karena jerih payah mereka mengikuti proses pelatihan Kurtilas menjadi sedikit terganggu.

Selain itu, keputusan penghentian sementara Kurtilas di tengah semester juga berdampak pada sisa proses belajar mengajar yang harus diselesaikan para guru yang baru satu semester mencoba menerapkannya. Bayangkan, sulitnya mengajar dengan dua sistem yang berbeda karena implikasi teknis di sekolah dan di kelas sangat merepotkan guru. Apalagi nanti di akhir tahun ajaran, para guru dituntut untuk membuat evaluasi atau tes terhadap kemampuan siswa. Pada ujungnya yang dituntut dari guru, seperti terus berputar di dalam lingkaran setan formalitas kurikulum yang tak berujung.

Kelebihan dan kekurangan

Kurtilas sejatinya diharapkan sebagai prasyarat bagi para guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar. Kurtilas sebagai tools bagi proses pengembangan kapasitas guru, sebenarnya mampu menarik perhatian para pemangku kepentingan pendidikan. Dalam menghadapi dinamika perubahan yang sedemikian cepat dan kebutuhan akan standar kualitas pendidikan yang tinggi menyebabkan guru sangat perlu untuk menyesuaikan diri dan terus memperbaiki keterampilan yang dimiliki melalui program pengembangan kapasitas pembelajaran, lebih dari waktu-waktu sebelumnya.Dengan kebijakan Kurtilas, sebenarnya para guru berharap akan ada pola pengembangan kemampuan kapasitas guru secara berkelanjutan.

Kurtilas dengan panduan detail buku pegangan siswa dan guru secara terpadu, sebenarnya itu dimaksudkan untuk memudahkan sejumlah kegiatan belajar mengajar yang sengaja dirancang untuk membantu pengembangan kapasitas guru. Kegiatan memahami kompetensi dasar dengan logika premis yang runut dan runtun, sebenarnya akan membuat guru ataupun siswa memperoleh keuntungan dalam merancang proses belajar mengajar yang nyaman dan aman. Namun, berbagai rencana yang merupakan kelebihan dari Kurtilas tersebut ternodai oleh banyaknya kesalahan teknis dalam buku pegangan guru dan siswa. Terutama dalam hal sebaran peta kompetensi dasar yang tidak proporsional dan sangat memberatkan guru.

Buku pegangan siswa dan guru ternyata tidak sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SD/MI. Antara Permendikbud yang mengatur isi silabus dengan buku pegangan guru dan siswa, terdapat banyak sekali kerancuan dalam hal sebaran kompetensi dasar (KD) yang tidak proporsional. Misalnya, ada beberapa KD yang dilaksanakan pada lebih dari 10 subtema, tetapi ada pula KD yang dilaksanakan hanya 1 kali, bahkan ada KD yang tidak dilaksanakan sama sekali. Hal itu tentu saja amat membingungkan guru karena beban kerja menjadi bertambah, sedangkan panduan teknisnya malah terkesan amburadul.

Belum lagi dengan kerangka evaluasi yang mengharuskan guru menilai semua aspek kemampuan siswa setiap hari dan melakukan pencatatan secara detail. Alih-alih akan meningkatkan kreativitas guru malah berujung pada kelelahan yang tak perlu. Bisa dibayangkan, jika seorang guru mengajar dua kelas, yakni setiap kelas jumlah siswanya sekitar 4045, berarti dia berhadapan dengan 90-an siswa setiap hari. Apakah mungkin guru melakukan pencatatan dalam konteks penilaian terhadap seluruh siswanya? Benar saja, buku rapor evaluasi siswa Kurtilas begitu rumit. Padahal, pelatihan teknisnya tidak dilakukan secara sempurna.

Akhirnya, sementara ini saya berkesimpulan bahwa Kurtilas sebenarnya baik karena pertama, membuat guru lebih rajin dan karena itu memaksa diri mereka untuk kreatif. Kedua, Kurtilas juga memaksa guru untuk mau membaca karena tak cukup dengan mengandalkan buku teks semata saja. Buku pegangan guru cukup membantu menjelaskan proses belajar. Namun, kesalahan teknis, seperti tidak sinkronnya kompetensi dasar dengan indikator membuat guru bingung.

Sebagaimana halnya kurikulum lama, akhirnya guru terjebak pada logika formal kurikulum yang terlalu mengandalkan aspek administratif. Banyaknya pencatatan yang harus dibuat dan dilakukan guru dalam proses belajar Kurtilas membuat guru kehabisan waktu. Sementara kompetensi dasar yang ingin diselesaikan menumpuk dalam satu minggu, aspek penilaian, dan evaluasi juga harus dilakukan secara harian dan kepada setiap anak.

Kembalikan ke sekolah

Saya setuju Kurtilas harus dievaluasi kembali. Basis evaluasi bukan hanya pada aspek teknis kurikulum tertulis seperti yang sudah ada dalam peraturan menteri tentang silabus, melainkan juga pada aspek implementasi di sekolah. Banyak guru mengalami kebingungan karena instruksi antara kementerian dan pemerintah daerah (pemda) tak jarang sering berbeda. Hal itu terlihat dari kegamangan para pengawas sekolah yang tidak begitu menguasai esensi Kurtilas secara filosofis ataupun pedagogis. Karena itu, dengan menetapkan Kurtilas tetap berlaku pada sejumlah sekolah, saya berharap ke depan, Kemendikbud memiliki cukup pelatih dan pendamping yang mau terjun langsung ke sekolah-sekolah terpilih. Bukan hanya memberikan pelatihan Kurtilas, melainkan juga mendampingi keseharian guru dalam mengajar di kelas.

Berbagai bentuk pendampingan perlu dilakukan di dalam sekolah atau juga upayaupaya mandiri yang dilakukan guru dalam mengembangkan potensi diri. Minimnya jumlah pengawas, sebenarnya bisa disiasati dengan meminta para dosen perguruan tinggi ikut terlibat dalam proses pendampingan sekolah dalam melaksanakan Kurtilas. Selain itu, sekolah juga dapat menggunakan strategi pengembangan kapasitas guru dengan belajar dari sekolah-sekolah swasta yang telah memiliki program yang dimaksud.

Sekolah-sekolah yang sampai saat ini masih diperbolehkan melaksanakan Kurtilas perlu diberi pelatihan ulang terhadap seluruh warga sekolah. Dengan melibatkan secara langsung kepala sekolah, pengawas, Dinas Pendidikan, LSM, dan orangtua ialah sebuah keniscayaan karena implikasi dari Kurtilas terjadi bukan hanya terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru, melainkan juga memiliki implikasi manajerial.Penambahan jam pelajaran, pembelian media belajar yang memungkinkan guru menjadi lebih kreatif, serta membuat sistem biaya operasional sekolah yang transparan dan bertanggung jawab, tentu merupakan konsekuensi logis dari implementasi Kurtilas.

Karena itu, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan pendidikan di tingkat sekolah perlu diberi perhatian secara serius jika ingin implementasi Kurtilas sukses.

Dengan mengembalikan operasional Kurtilas ke sekolah, maka proses peningkatan kapasitas guru setidaknya akan mampu untuk: (1) meningkatkan keterampilan kinerja seluruh staf, (2) memperbaiki keterampilan kinerja setiap guru, (3) memperluas pengalaman guru agar kariernya berkembang dan mendapatkan promosi, (4) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman profesional setiap guru, (5) memperluas bekal kependidikan guru, (6) membuat staf merasa lebih berharga, (7) meningkatkan kepuasan kerja, (8) mengembangkan cara pandang yang lebih baik terhadap pekerjaan, (9) membantu guru mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan, (10) memperjelas kebijakan soal mana kewenangan sekolah dan mana kewenangan kementerian (Craft, 2000).

Pada akhirnya, muara dari keseluruhan kegiatan implementasi Kurtilas sebenarnya ingin meningkatkan kapasitas guru, yakni hasil akhirnya ialah peningkatan hasil belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar