Senin, 13 Juli 2015

Huru-hara Bandara

Huru-hara Bandara

   W Riawan Tjandra ;  Pengajar pada Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
                                                     KORAN SINDO, 10 Juli 2015    

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Untuk kesekian kalinya manajemen krisis Bandara Soekarno-Hatta tak mampu bekerja secara efektif menghadapi situasi krisis akibat kebakaran di bandara tersebut yang dipicu oleh kebakaran di JW Sky Lounge.

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia membatalkan 49 dari total 170 penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (5/7/2015). Pembatalan dilakukan karena tidak memungkinkan untuk memberangkatkan semua penerbangan yang sempat delayed akibat kebakaran di JW Sky Lounge Terminal 2E pada Minggu pagi.

Sampai Senin (6/7/2015) sore dampak kebakaran di bandara tersebut bahkan masih terasa karena tertundanya penerbangan maskapai Garuda ke beberapa tujuan. Peristiwa kebakaran di lingkungan Bandara Soekarno- Hatta bukan kali ini saja. Sebelumnya kebakaran di Terminal 2 pernah pula terjadi pada 2014. Saat itu kebakaran terjadi di restoran cepat saji di areal luar Terminal 2F pada 14 Agustus 2014. Pada waktu itu juga tidak ada korban jiwa.

Sebelumnya pada 2008 juga pernah terjadi kebakaran di lingkungan Bandara Soekarno- Hatta. Saat itu peristiwa kebakaran di sebuah restoran masakan Padang yang berada di area parkir kargo Bandara Soekarno-Hatta yang disebabkan oleh kompor yang meledak. Peristiwa huru-hara bandara yang beberapa kali terjadi mengharuskan ada perhatian serius dari otoritas bandara untuk mengkaji ulang standar operasional prosedur manajemen krisis di bandara yang selama ini terlihat tak cukup efektif menanggulangi situasi krisis.

Pihak otoritas Bandara Soekarno-HattadanPTAngkasa Pura 2 selaku operator induk perlu secara sungguh-sungguh mengevaluasi kejadian ini dan meningkatkan servis, safety system, dan compliance, terlebih pada mada operasi angkutan Lebaran, termasuk tata letak ruang komersial bandara. Otoritas bandara harus segera mengevaluasi prosedur standar operasi (SOP) manajemen bandara, khususnya dalam pemadaman api.

Koordinator Gerakan Rakyat Antimanipulasi (Geram) BUMN Andianto mengatakan, kebutuhan listrik Bandara Soekarno- Hatta yang terus meningkat hingga kini disinyalir belum direspons dengan baik oleh pengelola. Menurut catatan Geram, kapasitas listrik bandara yang dikelola Angkasa Pura II itu belum pernah ditambah dayanya sejak 1984. Akibatnya, blackout listrik bandara bisa berdampak pada aliran listrik putus total dan kebakaran.

Kemudian itu bisa berdampak pada hubungan antara pihak bandara dan pesawat yang akan mendarat dan akan terbang terputus yang bisa memicu kecelakaanfatalterhadappesawatpesawat yang akan take off maupun landing. Jaringan listrik yang kurang memadai akan mengganggu keselamatan penerbangan jika dibiarkan.

PT Angkasa Pura harus memperhatikan kualitas pemenang tender agar tidak terjadi kesalahan penunjukan. Ini menyangkut keselamatan banyak orang yang menggunakan transportasi udara. Manajemen bandara memiliki korelasi langsung dengan kualitas dan tingkat keamanan maupun kenyamanan penerbangan. Dalam manajemen penerbangan, keselamatan merupakan sesuatu yang menjadi prioritas dan tak boleh ditawar-tawar.

Lemahnya manajemen krisis Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia akan berdampak langsung terhadap tingkat keamanan dan keselamatan penerbangan. Kementerian Perhubungan perlu lebih meningkatkan supervisi terhadap manajemen operasional Bandara Soekarno- Hatta khususnya maupun seluruh bandara di negeri ini pada umumnya.

Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN perlu merespons dengan bijak, cepat, dan tepat tuntutan publik untuk melakukan perbaikan terhadap manajemen operasional Bandara Soekarno- Hatta berikut kualitas pendukungnya. Maka itu, Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN harus meningkatkan kinerja dalam melakukan pengawasan dan pengarahan untuk melakukan ”revolusi mental” terhadap manajemen Bandara Soekarno-Hatta dan seluruh maskapai penerbangan.

Jika ini dibiarkan, bukan tak mungkin Garuda akan mengalami penurunan peringkat dunia sebagai salah satu maskapai yang mulai diakui kualitasnya di dunia. Dari situs resmi SkyTrax yang dilansir detikTravel, Rabu (17/6/2015) Qatar Airways menempati peringkat pertama setelah naik dari peringkat kedua pada 2014. Menggeser Cathay Pacific, yang turun ke peringkat ketiga.

Maskapai Lufthansa dan Asiana Airlines terlempar dari 10 besar. Digantikan oleh maskapai EVA Air dari Taiwan dan Qantas Airwaysdari Australia. Dalamdaftar terebut, maskapai Garuda tetap masuk dalam daftar 10 maskapai terbaik di dunia. SkyTrax World Airline Awards adalah ajang penghargaan paling bergengsi untuk maskapai penerbangan dunia. SkyTrax World Airline Awards 2015barusaja berlangsungpada Selasa (16/6) di Le Bourget, Paris, Prancis.

Salah satu penghargaan yang ditunggu-tunggu adalah ‘The World’s Top 10 Airlines of 2015’ alias 10 maskapai terbaik di dunia pada 2015. Maka itu, sejatinya prestasi yang diraih Garuda Indonesia sebagai 10 maskapai terbaik di dunia harus tetap didukung dengan manajemen operasional bandara yang baik.

Jika situasi krisis yang baru saja dialami oleh Bandara Soekarno-Hatta dan berujung terhadap kekacauan sistem pelayanan penerbangan Garuda terus berulang, bukan tak mungkin itu bisa berdampak pada maskapai Garuda terlempar dari daftar 10 maskapai terbaik dunia yang selama ini menjadi kebanggaan negeri Nusantara ini.

Sebagai negara yang bertipologi Nusantara dengan wilayah kepulauan dipisahkan oleh lautan yang luas, kualitas sistem penerbangan yang andal menjadi hal yang utama dan terpenting. Pemerintah dan DPR perlu mengalokasikan subsidi lebih besar untuk perbaikan kualitas manajemen bandara serta mendorong perbaikan kualitas pelayanan maskapai penerbangan pada umumnya.

Bandara juga masih menyisakanbanyakpersoalanyangharus diatasi seperti masih stagnannya kualitas pelayanan terhadap penumpang, pungli oleh oknum aparat yang masih terus saja terjadi, pelayanan parkir kendaraan pengantar dan penjemput penumpang yang pada umumnya di berbagai bandara masih kurang memadai dan sejenisnya.

Berkaca pada huru-hara bandara dan rendahnya manajemen keselamatan penerbangan yang berujung pada kecelakaan fatal yang dialami beberapa pesawat, seluruh otoritas terkait perlu membangun sinergi untuk melakukan perbaikan manajemen keselamatan penerbangan sebagai uji nyali bagi implementasi efektif Nawacita yang sejak awal kampanye pilpres didengungdengungkan oleh pemimpin negeri ini!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar