Senin, 24 Agustus 2015

Tahu Semua Hal atau Sok Tahu?

Tahu Semua Hal atau Sok Tahu?

Agustine Dwiputri  ;   Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
                                                       KOMPAS, 23 Agustus 2015      

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Berbeda pendapat adalah hal yang biasa dalam keseharian kita berinteraksi dengan orang lain. Namun, kita sering melihat atau menemui orang-orang yang berbicara secara meyakinkan, panjang lebar, dan menganggap dirinyalah yang paling tahu dan paling benar tentang segala hal.

Si Sok Tahu atau menurut Jon P Bloch (2013) The Know-It-All Person adalah seseorang yang selalu merasa benar, lebih tahu, dan tidak bisa salah tentang semua hal. Dia harus mempunyai kata terakhir, bahkan jika terjadi argumentasi yang berbelit, seketika itu ia akan mengubah menjadi suatu kebohongan.

Kadang-kadang dia merasa terpojok, karena orang lain telah membuat kontra-argumen yang kuat, dan dia berada di ambang akhir sebagai orang yang salah. Ia akan mengatakan apa pun untuk memenangi suatu perdebatan kecil, dalam kondisi lainnya ia akan memilih untuk melawan dan akan bertahan habis-habisan. Baginya mengganggu waktu orang lain tidak apa-apa, karena seharusnya ada prinsip yang harus dia pertaruhkan.

Si Sok Tahu hanya sedikit berusaha menyembunyikan cara mereka-bahkan pada pertemuan pertama. Mereka pasti langsung menunjukkan bahwa pendapatnyalah yang benar dan Anda-lah yang salah. Mereka seperti merasa berkuasa dan punya kekuatan. Hal yang agak mengecoh orang tentang si Sok Tahu adalah bahwa sepintas mereka terlihat mau berkomunikasi, mereka bersedia untuk membahas apa pun yang sedang dibicarakan. Namun, ternyata semua yang disampaikan secara bertele-tele lebih bertujuan untuk menunjukkan kehebatan mereka sendiri.

Menjadi si Sok Tahu

Kebanyakan dari mereka sebenarnya cukup cerdas. Hanya saja mereka memiliki alasan bahwa di awal kehidupannya mengalami keraguan bahwa mereka adalah sepintar yang mereka rasakan. Mungkin lingkungan sekolah hanya sedikit memberi dukungan atas kecerdasan mereka, atau bahkan tidak memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan ide-idenya. Kadang kala mereka tidak dimasukkan ke dalam kelas murid-murid yang hebat atau lebih banyak mengalami penghinaan atau peremehan.

Kehidupan dalam keluarga di masa kecil juga memberi pengalaman yang serupa, mereka mengembangkan keyakinan bahwa mereka sebenarnya punya sesuatu untuk dibuktikan, tetapi tidak mendapat kesempatan. Seiring berjalannya waktu, mereka akan mengembangkan berbagai jenis strategi yang kemudian tertanam kuat dalam benak, untuk mendahului keraguan dari orang lain.

Mereka sering tidak menyadari bahwa orang lain merasa terintimidasi, dengan cara yang negatif atau menyebalkan. Ironisnya, si Sok Tahu dapat memenangi pertempuran (dalam lingkup kecil), tetapi kalah dalam perang (lingkup yang lebih luas). Mereka tetap merasa "kehilangan" sesuatu dari waktu ke waktu. Pada tingkat tertentu mereka merasakan hal ini, yang tentu saja hanya membuat mereka marah serta makin meningkatkan keinginan mereka untuk selalu dapat mengendalikan pembicaraan.

Jon P Bloch (2013) mengatakan bahwa berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa menjadi si Sok Tahu mungkin terkait dengan narsisme (sangat mencintai diri sendiri). Orang dengan kecenderungan narsistik biasanya mengklaim pengetahuan di area di mana sesungguhnya mereka hanya tahu sedikit, itu pun jika memang ada. Artinya, menjadi orang yang merasa tahu semua hal sebenarnya bertentangan dengan sifat keilmiahan. Sementara beberapa orang berpikir ilmuwan itu "mengetahui banyak hal", pada kenyataannya ilmuwan itu yang pertama dan utama dilakukan adalah mengajukan pertanyaan. Itu sebabnya ilmuwan selalu melakukan eksperimen dan penelitian-karena mereka tidak tahu semua jawaban. Jika Anda tahu segalanya, Anda tidak mampu belajar sesuatu yang baru.

Cara menghadapi si Sok Tahu

Lebih lanjut Bloch mengatakan sebaiknya mulailah dengan menerima fakta menyedihkan bahwa si Sok Tahu berada di luar jangkauan Anda untuk dibantu. Pola perilaku yang telah berakar seperti itu-yang berasal dari pembelaan diri-tidak mungkin hilang dengan terus melakukan berbagai ucapan atau tindakan yang mengancam.

Jika Anda bersedia untuk melihat perilaku ini sebagai kelemahan yang tidak menguntungkan dan bukan sebagai ancaman pribadi, Anda mungkin dapat memiliki apresiasi yang lebih dalam mengenai situasinya. Begitu Anda berada dalam keadaan pikiran yang berbeda ini, Anda mungkin bersedia untuk mencoba beberapa cara halus agar lebih menang menghadapinya.

Salah satu strategi adalah dengan menghindari membuat berbagai pernyataan kepada mereka, dan apabila memungkinkan lebih baik mengganti segala ucapan dalam bentuk pertanyaan. Membuat pertanyaan akan terdengar "lugu" dan tidak bias, merupakan suatu pencarian sederhana untuk mendapatkan kebenaran.

Sebagai contoh, Anda dapat bertanya sesuatu seperti ini: "Saya mendengar apa yang baru saja Anda katakan, tetapi sekarang saya bingung. Karena hanya beberapa hari yang lalu, saya baca dalam kamus (atau surat kabar, atau apa pun) bahwa sesuatu yang berbeda dari pendapat Anda itulah yang benar. Mana yang harus saya percayai?"

Dengan menyampaikan penjelasan dengan tenang namun mantap, mungkin si Sok Tahu terpaksa diam, dan mencari cara untuk menerima informasi Anda tanpa terlihat "salah". Atau jika dia dengan keras kepala bertahan pada pandangan semula tanpa ada fakta-fakta yang mendukung, perhatikan bahwa orang lain akan menangkap hal ini, dan akan berpikir bahwa si Sok Tahu adalah seorang yang bodoh dan sebenarnya kurang tahu.

Dalam upaya melakukan ini, Anda tidak perlu mengharapkan mereka untuk mau mengatakan: "Engkau yang benar dan saya salah, saya minta maaf." Namun, kadang kala si Sok Tahu hanya akan mulai berbicara tentang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan ini menunjukkan bahwa sebenarnya Anda telah berhasil mengatasi mereka.

Biasanya mereka adalah tipe orang yang sangat sulit sehingga kemungkinan tidak satu pun cara yang Anda coba akan berhasil. Anda mungkin bertanya sesuatu dan mendapatkan jawaban yang sangat mengganggu yang sebenarnya ingin Anda hindari. Jika demikian halnya, dengan berat hati sebaiknya tinggalkan dia dan bersiaplah untuk kalah, atau sedapat mungkin melepaskan diri dari orang dan situasi yang membuat sedih. Temuilah teman-teman dekat yang dapat memahami Anda dan jelaskan bagaimana si Sok Tahu telah mempermalukan Anda.

Jadi Anda mungkin hanya memutuskan untuk pergi, menerima rasa sakit hati dan menunggu hari esok yang lebih cerah. Anda mungkin dapat menghibur diri dengan mengingat bahwa dalam jangka panjang si Sok Tahu akan berbuat sama pada banyak orang dan pada akhirnya dia akan dihindari oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar