Jumat, 16 Oktober 2015

Berkaca dari Bantuan Asing pada Bencana Asap di Riau 2005

Berkaca dari Bantuan Asing

pada Bencana Asap di Riau 2005

Chaidir Anwar Tanjung  ;  Wartawan Detikcom yang berdomisili di Pekanbaru, Riau
                                                    DETIKNEWS, 08 Oktober 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Setelah sempat menolak, pemerintah Jokowi akhirnya menerima bantuan asing untuk menanggulangi kebakaran lahan dan hutan. Adalah Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan yang pada Rabu 7 Oktober memposting di Facebook bahwa Indonesia bersedia menerima bantuan mereka.

Singapura menawarkan bantuan berupa peralatan pemadaman, baik dalam bentuk helikopter ataupun pesawat untuk modifikasi cuaca dan bom air, citra satelit dan tim asistensi.

Bantuan asing yang datang menjelang musim penghujan ini mengingatkan saya pada era tahun 2005 saat Riau dikepung kebakaran lahan hebat. Langit Riau jauh lebih buruk dibanding kebakaran yang terjadi tahun 2015 ini.

Kala itu, bantuan asing berdatangan ke Bumi Lancang Kuning. Pemerintah Indonesia saat itu seakan pasrah tak bisa berbuat apa-apa. Tawaran asing diterima, baik dari Australia, Malaysia dan Singapura.

Dua negara tetangga kala itu tak hanya mengirimkan peralatannya. Tapi pasukan daratnya juga diboyong ke Riau. Malaysia dikenal dengan pasukan pemadam apinya dengan sebutan Bomba.

Aparat kedua negara ini bergabung dalam tim Satgas Penanggulangan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan di Riau. Kedatangan mereka ke Riau bak pahlawan. Sepintas mereka seperti pahlawan yang menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia yang menghirup asap.

Tim Indonesia yang sudah berjibaku lebih awal, di tengah kepungan api, seakan redup dari pemberitaan media asing, termasuk media di Indonesia.

Tim asing ini dikirim ke titik-titik lokasi kebakaran lahan yang menyebar. Saat itu, saya bersama sejumlah rekan media nasional pergi ke Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Di sana titik api paling parah.

Kami menyaksikan langsung bagaimana tim Satgas Indonesia, terdiri dari TNI/Polri dan Manggala Agni dan masyarakat, berjibaku memadamkan api. Bukan hal yang gampang. Jika tak punya pengalaman, tak bakalan bisa.

Tim Indonesia sudah terbiasa jeli. Mereka memadamkan dengan melihat dari mana arah mata angin, dan mana bagian ekor api, dan mana bagian lidah api. Semua harus cermat dan matang. Bila salah memadamkan, api bukannya hilang, tapi bisa malah membesar.

Jarih payah tim Indonesia di tengah kobaran api yang tingginya dua kali lipat dari tubuh tim itu sendiri, harus kita acungi jempol. Mereka memadamkan tak kenal lelah, siang dan malam. Jilatan api bisa mereka padamkan walau hanya mengandalkan mesin semprot air ala kadarnya.

Melihat api yang berkobar di tengah teriknya matahari,  tim asing tak berani berdiri di garda depan. Tim asing berada di bagian belakang. Mereka seakan tak menyangka kebakaran lahan begitu dahsyatnya. Belum lagi mereka berhadapan dengan asap yang bisa membuat jatuh pingsan.

Kita harus akui, tim Indonesia jauh lebih paham akan daerahnya sendiri untuk melakukan pemadaman. Jilatan api yang begitu menyala, bisa mereka taklukkan. Setelah api padam, tersisa bara api, barulah tim asing masuk untuk meneruskan melakukan pemadaman.

Sedangkan tim Indonesia segera meninggalkan lokasi yang apinya sudah bisa dijinakkan. Tim Satgas kita kembali mencari titik kobaran api. Begitu api bisa dipadamkan tim Indonesia, barulah tim asing kembali memadamkan sisanya. Begitulah seterusnya.

Di sinilah letaknya  propaganda media asing. Mereka lebih memilih jepretan foto pada tim Malaysia dan Singapura. Kesannya, merekalah yang melakukan pemadaman. Seolah mereka menjadi superhero di Indonesia.

Padahal fakta di lapangan, sesungguhnya garda depan dalam pemadaman kebakaran lahan tetap TNI/Polri dan rakyat Indonesia.

Tak sampai sepekan tim asing ikut dalam pemadaman, mereka pun jatuh sakit. Tim Bomba Malaysia ada yang jatuh pingsan kena kepungan asap. Mereka mengalami sesak nafas karena memang pengalaman mereka belum sebanding dengan rakyat Indonesia. Tim asing sempat dievakuasi dari lokasi kebakaran lahan ke Pekanbaru untuk mendapatkan perawatan.

Melihat fakta itu juga bahwa sesungguhnya tim asing tidak terlalu banyak bisa berbuat, meski kita tetap menghargai kontribusi mereka. Pemerintah Indonesia sejak saat itu berhati-hati terhadap berbagai tawaran asing bila terjadi kebakaran lahan.

Kini, tawaran asing kembali diterima. Walau saat ini bantuan yang ditawarkan sejumlah peralatan, minus tim darat. Tapi perlu diingat, sekalipun ada bantuan heli untuk membuat bom air, itu juga bukanlah upaya maksimal. Pemadaman lewat water bombing bukan jalan satu-satunya untuk memadamkan lahan gambut yang menyimpan bara api di perutnya. Tim darat tetap tulang punggung dalam menghentikan api.

Kita tentunya tidak mau kedatangan bantuan asing lantas membenamkan perjuangan anak bangsa sendiri. Terlebih aparat TNI dan Polri,  jerih payah mereka tak bisa dilupakan begitu saja. Tim Manggala Agni, masyarakat termasuk tim pemadam berbagai perusahaan yang ada selama ini bekerja, yang  tak kenal lelah berjibaku melawan si jago merah, juga tak bisa diabaikan begitu saja. Masyarakat Indonesia harus tetap menempatkan anak bangsa sendiri sebagai pahlawan dalam penanggulangan bencana kebakaran lahan dan hutan.

Tahun ini kebakaran yang sama tak hanya terjadi di Riau semata. Di Kalimatan, Sumsel, Jambi yang dulunya nol titik api, kini justru titik api jauh lebih banyak ketimbang Riau. Jika saja pemerintah Jokowi sejak awal lebih serius menanggulangi, mustahil api tak bisa dipadamkan. Sebab sesungguhnya kita sendiri yang lebih paham soal penanggulangan kebakaran lahan tersebut.

Keputusan pemerintah Jokowi yang akhirnya menerima bantuan asing jangan sampai membuat kita lupa pada jasa para Satgas kita sendiri. 

Selamat bertugas Tim Satgas Indonesia. Bravo!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar