Senin, 28 Desember 2015

Dissenting Opinion

Dissenting Opinion

  Sarlito Wirawan Sarwono  ;  Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
                                                KORAN SINDO, 27 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Pada 1951 seorang psikolog peneliti bernama Solomon Asch (SA) mengadakan penelitian yang sangat terkenal dan selalu masuk dalam buku-buku teks internasional tentang Psikologi Sosial. Eksperimennya seperti ini: Pertama sekali SA meminta tujuh relawan untuk duduk mengelilingi sebuah meja di ruang laboratoriumnya. Dari tujuh relawan itu, hanya satu orang yang benarbenar orang percobaan (OP), yang lainnya adalah kolaborator SA. Awalnya kepada tujuh orang itu ditunjukkan gambar sebuah garis (X). Kemudian gambar garis X diganti dengan gambar tiga garis A, B, dan C yang berbedabeda panjangnya, namun ada satu di antaranya garis ”C” yang persis sama panjangnya dengan garis ”X”.

Berikutnya gambar tiga garis A, B, dan C disingkirkan dan sekarang tujuh relawan diminta menyebutkan garis mana yang paling mendekati panjangnya dengan panjang garis ”X”. OP, orang percobaan yang sesungguhnya, tentu saja sudah siap untuk menjawab ”C” seperti apa yang sudah dia lihat sendiri.

Tetapi, enam kawannya, yang tanpa sepengetahuan OP adalah para kolaborator, dan yang diberi kesempatan menjawab terlebih dahulu, semuanya menyebut ”B” sebagai garis yang paling sama panjangnya dengan garis ”X”. Tentu saja OP bingung: dia tahu pasti bahwa yang benar adalah ”C”, tetapi dia ragu karena semua temannya menjawab ”B”.

SA mengadakan eksperimen ini berulang-ulang dengan OP berbeda-beda dan ternyata sekitar 75% dari OP-nya menjawab” B” walaupuntahujawaban itu salah. Eksperimen ini membuktikan bahwa manusia cenderung konformis. Hanya, beberapa yang berani menyatakan bahwa yang benar itu benar.

Dalam dunia hukum, seorang hakim anggota yang tidak sependapat dengan hakimhakim anggota yang lain bisa dicatatsebagaiberpendapatyang berbeda (dissenting opinion ) dan vonis tetap dijatuhkan sesuai dengan pendapat suara hakim anggota mayoritas. Maksudnya, jika kelak ada kesalahan dalam vonis, hakim yang berpendapat berbeda itu tidak bisa ikut disalahkan.

Dissenting opinion adalah pendapat yang profesional, yang didasarkan argumentasi argumentasi ilmiah dan dicatat secara formal. Jadi, tidak ada kaitannya dengan integritas hakim yang bersangkutan, bahkan dissenting opinion yang kemudian ternyata benar banyak sekali terjadi dalam sejarah.

Bapak Sosiologi Modern dan pemenang hadiah Nobel, Robert K Merton (1910-2003), menyatakan bahwa tidak mungkin semua orang dalam sebuah masyarakat berpendapat sama karena semua individu punya peran dan bertindak sesuai peran masing-masing yang semuanya berpengaruh pada masyarakat.

Irving Janis (1918-1990), seorang psikolog sosial, bahkan memberi contoh betapa kelompok yang tidak memberi peluang kepada dissenting opinion sekecil apa pun bisa hancur sendiri. Contoh pertama adalah tewasnya ribuan tentara AS di Pearl Harbor pada 1942, ketika pangkalan militer di kepulauan Hawaii dihujani bom oleh pesawat- pesawat militer Jepang, gara-gara laksamana komandan pangkalan yang dibangunkan saat sedang tidur pada pagi hari buta itu tidak percaya kepada laporan anggotanya bahwa radar telah menangkap tanda-tanda banyak pesawat terbang mendekat.

Laksamana berpikir bahwa tidak mungkin anggota itu benar karena jarak antara Jepang dan Hawaii terlalu jauh untuk diterbangi oleh pesawat mana pun. Yang tidak diketahui oleh laksamana adalah bahwa Jepang sudah mempunyai kapal induk untuk mengangkut pesawat-pesawat tempurnya. Contoh kedua, serbuan militer AS ke Bay of Pigs di Kuba pada 1961 (di bawah Presiden Kennedy). Operasi itu gagal total.

Ratusan tentara AS tewas dan ribuan ditawan oleh milisi Kuba gara-gara para jenderal tidak mau percaya kepada laporan seorang perwira intelijen bahwa di Kuba sudah ada persiapan- persiapan untuk menggagalkan serbuan militer AS tersebut. Oleh Janis, kecenderungan menolak dissenting opinion (ini bukan istilah Janis, melainkan istilah yang saya pinjam dari ilmu hukum) oleh kelompok yang merasa dirinya sudah kuat disebut Groupthink .

Jadi, pendapat yang berbeda atau perbedaan pendapat sama sekali tidak bisa diabaikan dalam perkembangan sebuah masyarakat. Tanpa dissenting opinion dari seorang Columbus, sampai hari ini tidak akan ada negara yang namanya Amerika Serikat. Tanpa dissenting opinion dari para penemu seperti fisikawan Einstein, Thomas A Edison, dan James Watt, hari ini kita tidak akan menggunakan HP, masih memakai obor untuk penerangan, dan masih naik kuda serta kapal layar untuk bepergian. Semua temuan selalu diawali oleh dissenting opinion.

Begitu juga agama-agama. Semua nabi (baik di Timur maupun di Barat) selalu mengawali penyebaran agamanya sebagai dissenting opinion, dan konsekuensinya mereka selalu dibully oleh masyarakatnya ketika itu. Pasalnya, memang makhluk yang namanya manusia cenderung tidak suka pada dissenting opinion seperti dalam eksperimen SA di atas.

Alexander Marwata, yang sekarang menjadi wakil ketua KPK, di-bully habis-habisan ketika ia dicalonkan sebagai anggota KPK karena ia pernah mengajukan dissenting opinion ketika ia bertugas sebagai hakim ad-hoc di Pengadilan Tipikor. Semua anggota KPK 2015-2019 di-bully sebelum terpilih hanya karena mereka bukan orang-orang yang dianggap ideal menurut pendapat masyarakat, termasuk oleh masyarakat yang tidak tahu apa-apa, kecuali membeo saja pada diskursus dalam media sosial dan media massa.

Di dalam sejarah Islam, dissenting opinion pasca-Rasulullah menyebabkan terpecahnya Islam ke berbagai sekte yang sekarang saling berperang (Syiah, Sunni, dan sebagainya). Dalam sejarah Kristen, dissenting opinion dari pendeta Martin Luther telah melahirkan Protestanisme, padahal pesan para nabi hakikatnya sama saja yaitu rahmatan lil alamin atau damai di bumi. Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW 24 Desember 2015 dan Natal 25 Desember 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar