Selasa, 27 Desember 2016

Produk Kebudayaan Inspirasi Pembangunan

Produk Kebudayaan Inspirasi Pembangunan
Nawa Tunggal  ;   Wartawan Kompas
                                                    KOMPAS, 26 Desember 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Kebudayaan memiliki pengertian sangat luas. Sebagai bangsa bineka, kita bisa memerinci dan mendokumentasikan produk kebudayaan yang kita miliki, kemudian menjadikannya sebagai dasar inspirasi pembangunan.

Merujuk berbagai referensi, kebudayaan itu sesuatu yang abstrak, sesuatu yang berisikan gugusan gagasan, sesuatu yang selalu dinamis. Namun, kebudayaan juga ingin dipahami sebagai hasil usaha manusia dalam mempertahankan hidup, melangsungkan keturunan, mencapai kesejahteraan, mengatasi keterbatasan, dan sebagainya.

Maka, tak salah jika religi atau suatu kepercayaan yang dibangun manusia itu dimasukkan sebagai salah satu unsur kebudayaan. Di dalam perkembangannya, memang sering terjadi perluasan konsep antara religi dan kebudayaan yang pertaliannya buyar. Ranah kebudayaan bagi awam sering direduksi dan disempitkan. Banyak orang berbicara tentang kebudayaan, ternyata yang dimaksud ialah kesenian, baik itu seni tari, seni rupa, atau seni drama. Padahal, kebudayaan selain mencakup kesenian, juga mencakup religi, pengetahuan, teknologi, dan sebagainya.

Dialog dengan seniman

Di sepanjang tahun 2016, ada hal yang menarik yang mengaitkan antara kebudayaan (yang dipersempit sebagai kesenian) dan pembangunan. Presiden Joko Widodo pada 23 Agustus 2016 mengunjungi Galeri Nasional untuk bertemu dengan sejumlah seniman dan budayawan. Dengan kekhasan gayanya, Joko Widodo atau Jokowi menyatakan keinginannya untuk meminta saran dari para seniman dan budayawan terkait pembangunan.

Hal itu dilatari suatu peristiwa yang mengkritik dirinya hanya fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur yang keras. Pada kesempatan itu, Jokowi ingin mendapatkan masukan- masukan untuk pembangunan "infrastruktur yang lunak" dari para seniman dan budayawan.

Infrastruktur yang keras, dimaksudkan, tiada lain pembangunan sarana fisik. Infrastruktur yang lunak, tiada lain infrastruktur kesenian yang nonfisik. Infrastruktur kesenian tak lain sebagai sarana ruang ekspresi atau ruang berkesenian. Jokowi menegaskan, pembangunan infrastruktur kesenian hendak dibangun demi mewujudkan dimensi kebudayaan untuk meraih karakter dan identitas bangsa.

Infrastruktur kesenian yang ada di beberapa daerah diketahui Jokowi saat ini berada pada kondisi yang tidak memungkinkan menjadi ruang ekspresi yang baik. Taman-taman budaya yang ada di beberapa kota dan kabupaten tidak memberikan kontribusi cukup baik bagi pembangunan budaya kita.

Di Galeri Nasional, sore itu, Jokowi kemudian melangsungkan dialog secara tertutup dengan para seniman dan budayawan. Setidaknya, jumlah seniman dan budayawan ketika itu mencapai sekitar 28 orang dari beberapa kota di Indonesia.

Pada masa kepresidenan Jokowi, untuk pertama kalinya pula koleksi istana berupa lukisan-lukisan para maestro dipamerkan di Galeri Nasional. Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia itu bertajuk "17|71: Goresan Juang Kemerdekaan".

Pembukaannya ditandai dengan goresan di atas kanvas berukuran 80 sentimeter x 100 sentimeter persegi oleh Jokowi. Goresan itu pun dilanjutkan menjadi sebuah karya lukisan oleh pelukis Srihadi Soedarsono. Pameran itu sendiri berlangsung satu bulan penuh, 1-30 Agustus 2016. Jadi, pertemuan Jokowi dengan seniman dan budayawan di Galeri Nasional pada 23 Agustus 2016 itu juga masih dalam rangkaian dan suasana pameran tersebut.

Forum Budaya Dunia

Untuk pertama kalinya, Jokowi membongkar tradisi lama. Seorang presiden di Indonesia untuk pertama kalinya membuka ruang dialog dengan para seniman dan budayawan di luar istana kepresidenannya.

Untuk pertama kali pula, Jokowi sebagai Presiden RI membuka peluang bagi publik untuk menyaksikan koleksi lukisan para maestro yang dimiliki istana kepresidenannya. Ruang pamernya juga berada di luar istana kepresidenan. Publik memiliki harapan agar tradisi yang sudah diawali Jokowi ini terus berlanjut pada masa-masa mendatang.

Agenda kebudayaan yang menarik lainnya di sepanjang 2016 yaitu Forum Budaya Dunia (World Culture Forum/WCF) yang berlangsung di Bali, 10-14 Oktober 2016. Jokowi tidak hadir, tetapi digantikan presiden kelima Megawati Soekarnoputri yang membuka sekaligus menutup forum yang dihadiri 1.307 peserta dari 63 negara. Megawati berpidato soal Pancasila sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila bisa diwujudkan untuk menjaga kelangsungan ekosistem manusia.

Adapun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengemukakan hal menarik lainnya tentang kebudayaan. Muhadjir mengajak untuk mendorong pengarusutamaan kebudayaan dalam pembangunan. Caranya, dengan menempatkan pertimbangan kebudayaan menjadi hulu dari keseluruhan proses pembangunan.

Penghayat

Dalam konteks kebudayaan yang mencakup pula religi, sepanjang 2016 ini, ada juga hal menarik terkait dengan penghayat religi aliran kepercayaan di Indonesia. Pada tahun ini dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan.

Sebelumnya, pendidikan bagi penghayat aliran kepercayaan tidak pernah memiliki kurikulum. Saat ini, berdasarkan amanat Peraturan mendikbud tersebut, kurikulum pendidikan bagi penghayat aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sedang disusun.

Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kemdikbud, ada 184 organisasi aliran kepercayaan yang memiliki kepengurusan sampai di tingkat pusat. Selebihnya, organisasi aliran kepercayaan yang berada di tingkat daerah mendekati angka 1.000 kelompok. Jumlah penghayat aliran kepercayaan sebagai religi lokal di Indonesia diperkirakan 12 juta.

Kita berharap, produk-produk kebudayaan yang dilahirkan benar-benar menjadi dasar inspirasi pembangunan bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar